Seperangkat sprei, sarung bantal dan bed cover ini saya buat medio tahun 2010an. Waktu itu saya baru pulang dari studi saya dan masih dalam tahap adaptasi lagi dengan tugas2 kampus. Karenanya masih belum terlalu sibuk. Juga saya baru saja pindah ke rumah baru yang masih kosongan. Tak ada kasur dan perlengkapannya. Maka untuk memperingati hari ulang tahun, saya menghadiahi diri saya sendiri kasur dan kain2 sprei kekeke..
Kain sprei saya beli di toko apa ya saya lupa namanya, toko kain di sebelah kiri tangga berjalan untuk naik ke Matahari Dept Store di pasar besar Malang. Semeter kira2 Rp 20.000-25.000 an. Istimewanya kain sprei mempunyai lebar khusus, lebih besar daripada lebar kain biasa. Lebar kain sprei bisa mencapai 240 cm. Waktu itu saya beli 2,5 meteran untuk masing2 warna. Saya pilih warna merah marun-coklat dan hijau-hitam untuk menjadi 2 set sprei dan sarung bantal. Untuk pengiritan maka saya punya ide membuat 2 set sprei dengan satu bed cover saja. Bed cover ini punya dua sisi atas bawah yang bisa dipasang bolak balik. Jadi satu sisi bed cover bermotif kain merah marun-coklat, satu sisi bermotif kain hijau-hitam.
Cara membuat bed cover bolak balik ini persis seperti membuat quilt. Quilt biasanya terdiri dari satu lembar kain atas yang merupakan bagian “bagus”nya, kemudian di bawahnya ada busa pengisi (kalo bahasa inggrisnya batting atau wadding). Bisa dipilih dari bahan katun, wool atau poly blend. Kalo di Indonesia saya kesulitan nyari busa dari wool atau katun, biasanya hanya yang dari poly blend yang malah panas di badan. Maka untuk bed cover saya kali ini saya pake busa tipis saja mengingat Malang sekarang sudah tidak terlalu dingin lagi. Sedangkan lapis ketiga adalah backing atau kain alas yang biasanya polos saja karena menjadi bagian belakang yang tidak ditampilkan. Nah untuk dual bed cover ini, backing saya ganti kain hijau-hitam sehingga saya punya bed cover bolak balik. Oya dimensi bed cover ini sekitar 240 cm x 200 cm.
Setelah tiga kain tersusun, kemudian saya jelujur mulai dari bagian tengah untuk menyatukan ketiga lapisan. Kenapa dimulai dari tengah? Karena menurut guru saya (yang saat itu adalah bibi saya, bibi Yuni yang ahli menjahit tanpa mencang mencong) jika dimulai dari tengah maka resiko ketidakserasian ketiga lapisan bisa diminimalisir. Menyatukan tiga lapisan bukanlah pekerjaan mudah karena dimensi bahan yang besar. Maka untuk menghindari ketidakserasian (atau bahasa jawanya “junjing”) maka jelujurlah dari tengah menuju ke tepi dan bukan dari tepi ke tengah.
Selanjutnya setelah dijelujur maka mulailah pertempuran dimulai. Menjahit garis lurus2 sepanjang dimensi bed cover. Kenapa pertempuran? karena setengah mati menjahit bahan yang besaaar ini dengan mesin jahit biasa. Seandainya saya punya long arm machine maka menjahit bed cover ini akan lebih mudah. Tapi long arm machine mahalnya minta ampun hahaha…jadi takpapa perang dulu saja.
Setelah terjahit, pinggir bed cover saya obras dan saya pasang rumbai2 serta pita untuk menutupi obrasan. Sedang sprei dan sarung bantal saya jahit sesuai bentuk bantal.
Dan jadilah my dual bed cover. Setelah dua tahun sekarang kainnya sudah lusuh tidak sebagus waktu masih baru. Tapi gakpapa, toh sudah ada foto yang bisa saya kenang2 hahahaha…
Hope it gives some ideas to beautify your bed. Hey, that’s my two dolls, Poki Beth and…no name, the bear has no name. Miss them both.
Melbourne, 29 November 2013
Salam