Monthly Archives: November 2013

Dual Bed Cover

Standard

Seperangkat sprei, sarung bantal dan bed cover ini saya buat medio tahun 2010an. Waktu itu saya baru pulang dari studi saya dan masih dalam tahap adaptasi lagi dengan tugas2 kampus. Karenanya masih belum terlalu sibuk. Juga saya baru saja pindah ke rumah baru yang masih kosongan. Tak ada kasur dan perlengkapannya. Maka untuk memperingati hari ulang tahun, saya menghadiahi diri saya sendiri kasur dan kain2 sprei kekeke..

Kain sprei saya beli di toko apa ya saya lupa namanya, toko kain di sebelah kiri tangga berjalan untuk naik ke Matahari Dept Store di pasar besar Malang. Semeter kira2 Rp 20.000-25.000 an. Istimewanya kain sprei mempunyai lebar khusus, lebih besar daripada lebar kain biasa. Lebar kain sprei bisa mencapai 240 cm. Waktu itu saya beli 2,5 meteran untuk masing2 warna. Saya pilih warna merah marun-coklat dan hijau-hitam untuk menjadi 2 set sprei dan sarung bantal. Untuk pengiritan maka saya punya ide membuat 2 set sprei dengan satu bed cover saja. Bed cover ini punya dua sisi atas bawah yang bisa dipasang bolak balik. Jadi satu sisi bed cover bermotif kain merah marun-coklat, satu sisi bermotif kain hijau-hitam.

Cara membuat bed cover bolak balik ini persis seperti membuat quilt. Quilt biasanya terdiri dari satu lembar kain atas yang merupakan bagian “bagus”nya, kemudian di bawahnya ada busa pengisi (kalo bahasa inggrisnya batting atau wadding). Bisa dipilih dari bahan katun, wool atau poly blend. Kalo di Indonesia saya kesulitan nyari busa dari wool atau katun, biasanya hanya yang dari poly blend yang malah panas di badan. Maka untuk bed cover saya kali ini saya pake busa tipis saja mengingat Malang sekarang sudah tidak terlalu dingin lagi. Sedangkan lapis ketiga adalah backing atau kain alas yang biasanya polos saja karena menjadi bagian belakang yang tidak ditampilkan. Nah untuk dual bed cover ini, backing saya ganti kain hijau-hitam sehingga saya punya bed cover bolak balik. Oya dimensi bed cover ini sekitar 240 cm x 200 cm.

Setelah tiga kain tersusun, kemudian saya jelujur mulai dari bagian tengah untuk menyatukan ketiga lapisan. Kenapa dimulai dari tengah? Karena menurut guru saya (yang saat itu adalah bibi saya, bibi Yuni yang ahli menjahit tanpa mencang mencong) jika dimulai dari tengah maka resiko ketidakserasian ketiga lapisan bisa diminimalisir. Menyatukan tiga lapisan bukanlah pekerjaan mudah karena dimensi bahan yang besar. Maka untuk menghindari ketidakserasian (atau bahasa jawanya “junjing”) maka jelujurlah dari tengah menuju ke tepi dan bukan dari tepi ke tengah.

Selanjutnya setelah dijelujur maka mulailah pertempuran dimulai. Menjahit garis lurus2 sepanjang dimensi bed cover. Kenapa pertempuran? karena setengah mati menjahit bahan yang besaaar ini dengan mesin jahit biasa. Seandainya saya punya long arm machine maka menjahit bed cover ini akan lebih mudah. Tapi long arm machine mahalnya minta ampun hahaha…jadi takpapa perang dulu saja.

Setelah terjahit, pinggir bed cover saya obras dan saya pasang rumbai2 serta pita untuk menutupi obrasan. Sedang sprei dan sarung bantal saya jahit sesuai bentuk bantal.

Dan jadilah my dual bed cover. Setelah dua tahun sekarang kainnya sudah lusuh tidak sebagus waktu masih baru. Tapi gakpapa, toh sudah ada foto yang bisa saya kenang2 hahahaha…

ImageImage

ImageImage

Hope it gives some ideas to beautify your bed. Hey, that’s my two dolls, Poki Beth and…no name, the bear has no name. Miss them both.

Melbourne, 29 November 2013

Salam

“Read” Bag

Standard

Upahnya mana? Itu kalimat yang biasa diucapkan mas Dian tiap kali mengantarkan saya ke kampus. Hawthorn memang cukup jauh dari Brunswick East tempat tinggal kami, makanya saya seneng banget kalo mas Dian libur dan bisa mengantarkan ke kampus. Lumayan ngirit waktu secara kalo naik kereta dan tram membutuhkan waktu 1 jam sementara kalo naik mobil cuma 20-40 menit.

Tapi suami saya baik hati kok, upahnya gak mahal2, cuma buku2 di library kampus saya saja. Buku2 komputer dan programming yang bisa dipinjam untuk dibaca di rumah. Karena bukunya tebal2 kadang berat banget mbawanya. Tas ransel mas Dian gak cukup untuk membawa, juga tas tenteng saya yang mulai menuju kejebolan karena beban yang berat. Akhirnya saya punya ide membuat library bag yang cukup besar dari bahan tebal yang semoga kuat dan kokoh untuk membawa buku.

Terinspirasi dari berbagai foto library bag hasil googling, maka jadillah library bag buat suami saya dengan tajuk “READ” bag. Bagian luar saya buat dari kain belacu hasil hunting di Savers, toko second hand dekat rumah. Dengan $5.99 saja saya dapat lebih dari 3 meter kain belacu tebal. Lumayan. Juga kain bagian dalam tas juga saya dapat dari Savers. Kain korden yang tebal dan murmer, cuma $3.99 dapat 2 meteran.

Bagian luar tas saya hias dengan kain katun untuk bahan quilting yang cuma $1 sekotaknya (50 x 50 cm). Hiasan saya tempel dengan teknik aplikasi menggunakan benang sulam. Saya print kata READ dengan font sesuai pilihan. Selanjutnya saya siapkan kain katun untuk hiasan yang sudah ditempeli fusible web. Fusible web ditempel dengan cara disetrika ke kain hiasan sehingga kain menjadi kaku dan siap ditempel di kain belacu. Selanjutnya kain katun saya potong sesuai dengan hasil print-print-an. Fusible web itu layaknya stiker yang dapat digunakan untuk membuat kaku kain sekaligus untuk menempelkan aplikasi ke kain. Kalo anda tidak punya fusible web, anda bisa memakai lem kayu sebagai pengganti. Jadi kain hiasan aplikasi anda beri lem kayu di baliknya dan selanjutnya tempelkan ke kain yang akan dihias. Sebelumnya kain hiasan ditempeli pislin dengan cara disetrika supaya kaku. Bagian pinggir huruf2 kemudian saya sulam dengan tusuk feston. Sementara hiasan di atas huruf saya jahit biasa.

WP_20131118_006

Ini bagian dalam tas,

WP_20131118_004

Kalo ini pose waktu tas ditenteng oleh si empunya,

1000362_10151846943606799_1154830037_n

Dan menikmati musim semi dimana udara masih tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, sepulang dari kampus kami kencan berdua di Queen Park, Mooney Valley. Duduk2 di atas rumput menikmati udara segar dan suasana taman yang asri. Tak lupa sambil baca2 buku dan narsis2 sebentar hehehe…

1476371_10151846943541799_575264290_n 1477545_10151846943661799_6408848_n

Simple bag from simple materials.

Melbourne, 24 Nov 2013

Salam

Sisca Bag

Standard

Kali ini saya membuat tas pesanan teman saya, Siska Budiarti. Tas untuk ipad sekaligus untuk tas jalan. Bentuknya girly dengan banyak potongan melengkung. Cuma ada sayangnya, saya salah motong jadi kekecilan tasnya hahaha…malah gak masuk ipadnya. Akhirnya tas ini dibeli oleh teman saya satunya lagi, Mbak Icha Darius, untuk diberikan ke anak perempuannya, si Pinky.

Tas ini didesain oleh Siska sendiri, jadi Siska pemegang copyright desainnya. Dan atas ijin beliau juga saya posting tas ini di blog. Bentuknya bagus dan girly banget. Bahan tas adalah kain soft jins yang dipadupadankan dengan kain katun bermotif tulisan dan bintang2.

Image

Dimensi tas sekitar 28 cm x 30 cm x 10 cm. Bagian kanan kiri tas dihiasi pleat yang menambah cantik tas maupun volume tas. Flap berbetuk setengah lingkaran dengan hiasan kain motif tulisan berbentuk jajaran genjang. Ada retsleting untuk pengaman tas sekaligus magnetic snap yang menghubungkan flap dan bagian utama tas. Tali tas dapat dipanjangpendekkan. Nah ini uniknya, tali tas diikat atau dipita untuk memanjangkan atau memendekkan. Ada O ring untuk memanjang-mendekkan tali.

Image

Kain bagian dalam tas senada dengan hiasan jajaran genjang di flap tas.

Image

So..this is it, The Sisca Bag. Or now become Pinky’s Bag hehehehe…Hope she loves the bag.

Melbourne, 24 November 2013

Salam

Karpet Perca, My Second Patchwork

Standard

Repost from my FB.

Akhir-akhir ini saya lagi keranjingan njait bertemakan patchwork, yaitu menggandeng-gandengkan kain membentuk pola tertentu. Awalnya saya terinspirasi buku yang dibelikan mbak Rini dan mbak Ria saat mereka jalan2 di Keyneton, Melbourne. Tak dinyana buku itu amat bermanfaat buat saya belajar membuat patchwork sesuai cita-cita saya dulu. Makasih ya mbak-mbak. Sekalian saya pengen ikut mensukseskan program reduce, reuse, recycle yang sering didengungkan kedua teman saya Devin Maeztri dan Bellgis Savita. Guys, hope you can count me in as the participants of your campaign.

Sebelumnya saya sudah membuat patchwork juga. Karya pertama saya adalah quilt cover untuk menyelimuti selimut saya yang sudah agak usang. Nah karya kedua ini berupa karpet perca untuk suami saya yang suka duduk di lantai untuk mengerjakan desainnya atau sekedar duduk-duduk di teras rumah. Suami saya suka pake meja pendek dan mengutak atik laptopnya. Awalnya saya biarkan saja karena memang udara masih agak panas jadi gak kedinginan duduk di lantai. Tapi sekarang musim hujan udah datang sehingga udara makin dingin. Jadilah saya kepikiran membuatkan karpet untuk duduk.

Saya mulai mendata kain-kain perca di rumah, mencari-cari yang pas kombinasi warna maupun ukurannya untuk membuat karpet. Aha…saya menemukan sisa kain batik baju abah dan ibu saya yang lumayan besar ukurannya. Juga sisa kain spanduk kuning yang sudah tak terpakai lagi. Dan beruntungnya saya juga menemukan kain putih untuk lapisan bagian bawah,kain coklat polos untuk tambahan kombinasi serta dua buah handuk usang untuk isi karpet.

Mulailah saya potong-potong kain batik dengan ukuran 12,5 x 12,5 cm, juga kain spanduknya. Lalu saya jait sampai terbentuk lapisan atas karpet. Kemudian dua buah handuk usang saya gandengkan sehingga membentuk lembaran yang cukup lebar. Setelah kedua lembar ini siap, saya potong kain putih untuk lapisan bawah sehingga tersedia tiga rangkap kain yaitu : lembaran patchwork untuk lapisan teratas, lembaran handuk untuk bagian tengah dan lapisan kain putih sebagai pelapis bawah. Tiga lapis kain ini selanjutnya saya gabungkan dan pinggirnya saya obras bersama. Tak lupa saya membeli renda pita ukuran 8 meter seharga 10 ribu rupiah untuk pemanis pinggiran karpet. Renda ini selanjutnya saya jait untuk menutupi obrasan sehingga pinggiran karpet jadi rapi dan cantik.

Taraaaa…jadilah karpet perca untuk suami saya…. :). Belum rapi sih, plus comat comot sana-sini asal kain cukup karena namanya juga dari kain perca. Tapi udah seneng bisa menghasilkan sesuatu. Murah lagi, modal cuma 10 ribu untuk beli renda. Lumayan kaann….

Hope it inspires!!

Malang, 26 Desember 2011

Salam

Puppet Show TPA Brunswick

Standard

Another program buat TPA Brunswick tempat saya ngajar, Puppet Show. Mengingat murid saya masih unyil2, maka metode pembelajaran yang diterapkan kebanyakan melibatkan permainan, story telling, movie time, crafting dan lagu2. Kali ini saya punya ide Puppet Show, menggunakan boneka tangan untuk bermain peran. Beberapa ulama berpendapat mengharamkan boneka atau gambar2 makhluk bernyawa, namun beberapa berpendapat itu mubah hukumnya hanya jika digunakan untuk media pembelajaran anak2. Kami para guru akhirnya sepakat mengikuti pendapat kedua yang membolehkan boneka digunakan untuk permainan anak2 dan untuk kepentingan pembelajaran.

Show pertama kami dilaksanakan saat malam takbiran Idul Adha tahun 2013 ini. Bersama Gaby dan Zaky kami mengusung kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, “Sacrifice for Allah only”.

735522_10151741520016799_380323076_o

Bertempat di Surau Kita, musholla bersama untuk muslim Indonesia di seputaran wilayah North Melbourne, saya dan beberapa guru TPA menjadi pemeran di balik layar puppet. Sebelumnya saya membeli boneka tangan siap pakai di KMart, salah satu toko di sini. Murah saja, satu boneka $3. Tapi boneka2 ini belum memakai baju Islami, alias yang cewek belum pake kerudung dan pakaian tertutup. Akhirnya saya bikin kerudung, rok panjang, sarung dan peci untuk boneka2 tersebut.

Nah…ini jadinya boneka tangannya.

WP_20131013_003

Pak Dullah dan Bu Dullah

WP_20131013_004

Gaby and Zaky

Sedangkan panggungnya kami dapat donasi dari salah satu pengurus Surau Kita yang baik hati, Alhamdulillah. Ini panggungnya :

altAhFtjK93WOFpttzUwYokINcqxcqVuZqHNI5FGVMyBPgb_jpg

panggung sebelum dihias ma Bu Guru Alma

Bersama2 kami menyiapkan segala tetek bengek pertunjukan. Crew TPA kali ini adalah Pipin, Siska, Tyas, Mas Bayu, Alma dan saya sendiri. Berhujan2 kami tempuh demi suksesnya puppet show ini. Dan alhamdulillah, ini foto2 pas hari H.

FB_20131015_00_22_18_Saved_Picture

yuhuuu…kids seem loving it

FB_20131015_00_20_46_Saved_PictureFB_20131015_00_21_25_Saved_Picture

Dan karena mereka sudah dengan baik mengikuti acara puppet show dan malam takbiran, maka mereka dapat mie goreng dan susu sekotak yang langsung diberikan oleh Gaby dan Zaky.

1390968_10202314092918757_1609563269_o

Selanjutnya bersama Ustadz Hamim, anak2 melantukan takbir dan tahmid menyambut Idul Adha.

1396212_10202314051397719_1705382169_o 1400109_10202314061397969_1185811381_o

Harapan saya cuma satu, bahwa anak2 punya kenangan indah masa kecil mereka tentang masjid dan malam takbiran.

Melbourne 21 November 2013

Salam

Pizza in His Pocket Costume

Standard

Menjelang Ramadhan tahun 2013, TPA Brunswick tempat saya mengajar ditawari untuk mengisi acara menyambut Ramadhan, Ramadhan Family Day di Konjen Melbourne.

IMG-20130702-WA0000

Karena murid2 saya amatlah mungil dimana umurnya berkisar antara 3-5 tahun, maka sulit sekali mempersiapkan mereka untuk tampil dengan teratur dan terarah. Maka saya kepikiran untuk “mendandani” mereka supaya kalopun tampil chaos di panggung tapi masih bisa menarik perhatian penonton. Jadilah saya beride membuatkan kostum2 makanan yang meriah untuk mereka. Beberapa hari kami sibuk berlatih menyesuaikan gerak anak2 dengan lagu serta merancang kostum.

IMG-20130706-WA0003

suasana latihan yang diselingi berbagai acara ngambek dan nangis kekekeke…

Kami, para guru TPA, akhirnya sibuk membuat kostum makanan dari kardus yang ditempel kertas warna-warni.

IMG-20130706-WA0000

yuhuuu…some of the costumes

Kami memilih lagu Pizza in His Pocket sebagai background lagu yang mengiringi anak2 tampil. Lagu ini kami pilih karena musiknya yang rancak sekaligus isi lagu yang bagus. Pizza in His Pocket menceritakan anak lelaki kecil yang rakus memakan semua makanan sampai perutnya sakit. Namun di penghujung lagu dia insyaf dan bahkan mau berbagi makanan dengan temannya yang kekurangan.

Ini link lagunya http://www.youtube.com/watch?v=GgvLVmYpd4U

The moral of the story is, murid2 kami memang belum semua bisa berpuasa Ramadhan. Mereka masih berlatih berpuasa. Oleh karenanya walaupun belum bisa sepenuhnya berpuasa, namun anak2 sudah belajar bagaimana etika makan yang baik sekaligus berbagi makanan dengan sesama.

And we were very proud of them yang berani tampil. Agak2 keluar dari skenario dikit sih karena sepertinya mereka sangat menikmati antusias penonton sehingga lupa gerakan tariannya hahahaha…Tarian benernya gak yang macem2 mengingat mereka sudah agak susah bergerak karena kostum “kebesaran” mereka  , cuma jalan muter dan goyang2 dikit. Tapi karena demam panggung maka anak2 malah terkesima diam di panggung sambil senyum2. Walhasil guru dan mama2nya yang harus turun tangan mbimbing mereka supaya tetep gerak di panggung hahaha…But overall, I was very happy that day. Their cute smile was the best remedy of my broken heart at that time. Allah knows how to comfort me 🙂

1044855_10151558975556799_1331156786_n

Malik, Naura, Hisyam, Khadija, Laras, Vania, Nadiyya, Nadia 🙂

Btw, my crafty part of this show was the HAT saudara2. Pay attention to the hats, itu hasil penjaitan saya kekekeke…

IMG-20130727-WA0018

little cutey strawberry

IMG-20130720-WA0012

all crew and the performers, Alhamdulillah…

Melbourne, 21 November 2013

Salam

Party Dress

Standard

Setiap kali ada kondangan biasanya saya sibuk bikin baju pesta hehehehe… Kalo kata abah saya ini merupakan penyakit keturunan dari ibu saya yang juga mesti sibuk bikin baju tiap ada kondangan. Awalnya saya kurang suka baju long dress karena badan tambah keliatan gemuk gemuk. Apalagi saya dulunya tomboy dan gak terlalu suka dandan. Tapi lama-lama saya bisa menikmati memakai baju panjang. Didukung sekarang makin melar sehingga alasan kelihatan gemuk-gemuk sudah tidak berlaku secara memang saya sudah gemuk kwkwkw…

Baju pertama saya adalah long dress warna coklat muda yang saya pake ke nikahan teman saya. Saya dan ibu pergi ke toko kain langganan di jalan Tumapel Singosari. Dapat kain batik murah banget, semeter cuma 7 ribu kekekeke…Kain batik kiloan yang mungkin dipake sejuta umat. Gak ada eksklusif-eksklusifnya hahahaha….Tak apa, karena saya memang lebih senang beli kain murah tapi bisa diolah sehingga menjadi barang yang menarik. Dipadupadankan ma kain polos dan jilbab polos maka jadilah baju pesta saya. Tak lupa hiasan pita coklat dan bros pemanis jilbab. Baju ini saya pake bareng “mantan pacar” saya yang waktu itu sedang berkunjung ke Malang. So happy, new dress with my beloved one is such a great combination.

07082010016

Baju ini akhirnya jatuh ke tangan kakak saya karena dimensi tubuh saya sudah berubah di parameter lebar badan :(. Tak apalah yang penting sudah ada fotonya kikikiki….

Baju kedua bermodel sama persis dengan baju di atas. Hanya saja saya memakai kain batik yang agak mahalan dikit dengan dimensi baju yang tentu saja lebih besar :p. Baju ini sarimbit dengan baju suami saya. Tapi yang hasil karya saya ya baju saya sendiri, saya belum pe de menjahit hem laki-laki. Baju mas Dian kali ini dijahitkan penjahit langganan abah saya Pak Kadir di ruko mungilnya di Jl. Mondoroko Singorasi di deretan pasar buah depan pekuburan umum seberang POM bensin (promosi gratis buat pak Kadir). Jahitan beliau halus dan bagus. Pas cocok dengan selera suami saya.

IMG-20130222-WA0001

Baju kondangan terakhir yang saya buat bukan dari bahan batik, melainkan dari satin. Saya membuat dalam waktu semalam saja demi menyesuaikan warna baju dengan baju batik suami. Baju ini sebenarnya sederhana potongannya, hanya dipermanis renda di depan dan ditambah kain sifon. Untuk pemanis saya pake hiasan dari bros hadiah seorang teman. Kerudungnya saya bikin sendiri senada dengan kain sifon. Karena di Melbourne saya masih belum tahu dimana jasa neci pinggiran kerudung, maka saya jait zig zag halus sepanjang pinggir kerudung. Jadi deh…

IMG-20130223-WA0009

Melbourne, 21 Nov 2013

Salam