Kalo melihat orang ber-crochet atau ber-knitting ria kebanyakan dari kita mungkin akan melihat tersenyum sambil menggumam dalam hati “kerjaan nenek-nenek” :p. Atau berpikir “oww….perempuan telaten nan keibuan”. Merajut sedikit banyak sudah lazim diidentikkan dengan kegiatan perempuan manis dan lembut. Jarang kita berpikir aneh-aneh melihat orang merajut. Tapi lain dengan gerakan Yarn Bombing. Kegiatan merajut satu ini malah merupakan wujud protes sebuah komunitas untuk menunjukkan jiwa berontaknya.
Jadi gini, kemarin sore saya ngebut menuju toko kain Lincraft di tengah kota sepulang ngampus. Toko tutup jam 6 sore dan saya nyampe 10 menit sebelum jam 6. Hiyaaa….ngebut milah milih kain strimin, atau bahasa Inggrisnya Aida cloth, plus benang-benang untuk proyek kristik saya. Alhamdulillah biar mepet tercapai juga misi saya, menyiapkan perlengkapan proyek kristik huruf A seri fruit and alphabet Stewart Merret yang lagi naik daun di dunia ndondomi, my busy crafty little world :D.
Nah setelah selesai belanja, saya menuju stop tram di Swanson street. Saya berjalan sambil melihat ke kanan kiri dong mumpung lagi di kota. Maklum orang udik dari kampung Brunswick hahaha…. Dari acara tolah-toleh kanan kiri inilah saya melihat beberapa pemandangan menarik, seperti ini nih :
Apa itu hayooo….yup anda benar. Pohon-pohon dibalut rajutan. Ada juga handrail untuk pegangan yang dibalut rajutan. Tiang-tiang bendera dan banner juga pake baju rajutan. Cantik-cantik ya. Inilah yang disebut Yarn Bombing. Sebuah gerakan memajang hasil rajutan di tempat-tempat umum yang tidak lazim.
Saya jadi bertanya-tanya, siapa ya yang bikin rajutan ini? kenapa harus ditaruh di tempat-tempat aneh begini ya? Lagian lucu-lucu desainnya. Cerah ceria juga warnanya. Saya seneng deh lihatnya. Jadi kepengen tahu nih.
Mulailah saya berselancar di internet dan akhirnya menemukan satu artikel menarik di The Conversation, sebuah forum para akademisi atau peneliti berbagi unek-unek. Linknya ini nih http://theconversation.com/knit-one-purl-one-the-mysteries-of-yarn-bombing-unravelled-2346. Tulisan Alyce McGovern ini mengupas sejarah dan motivasi di balik gerakan Yarn Bombing. Magda Sayeg adalah pelopor gerakan Yarn Bombing asal Texas Amerika. Dia memulai menghias ruang-ruang publik di tahun 2005. Awalnya Magda melihat betapa hambar suasana sekitar tokonya. Mulailah dia menaruh hasil rajutannya demi mempercantik kotanya.
Eh tak dinyana gerakan ini makin meluas ke Eropa, Amerika Utara dan Australasia. Dan tak hanya gerakannya yang menyebar tapi motivasi di balik gerakan Yarn Bombing juga meluas. Bahkan menjadi khas ketika rajutan yang dulu kesannya rapi, teratur dan konservatif dipakai sebagai wahana protes. Sengaja hasil rajutan di taruh di tempat-tempat tak lazim demi menunjukkan sikap protes dan memberontak terhadap kebijakan-kebijakan publik yang dirasa tidak pas. Motivasi Yarn Bombing beragam mulai dari wujud protes terhadap aktivitas pertambangan yang merusak alam, kekerasan dalam rumah tangga, kebijakan tak berpihak pada pesepeda bahkan sampai ke gerakan feminis memperjuangkan hak-hak perempuan.
Lebih istimewa lagi ternyata gerakan ini didominasi oleh para pemuda-pemudi usia 20-30an. Jadi bukan kegiatan nenek-nenek saja. Ada juga sih yang sudah lanjut usia, tapi aktivis muda juga tak kalah banyak. Cowok pun juga ikut berpartisipasi tak hanya cewek.
Saya sendiri tidak menyangka ada makna lain di balik rajutan-rajutan di pohon-pohon itu. Saya pikir ya sekedar asesoris. Ternyata ada cerita yang menarik di belakangnya.
Lalu apa motivasi saya sendiri berkerajinan tangan ya? Kayaknya saya belum ke tahap berkerajinan tangan untuk protes deh. Masih sekedar bikin nak-nik yang menyenangkan jiwa. Kalaupun ada mimpi besar saya di balik blog ndondomi ini adalah bahwa akan tercipta generasi DIY (do it yourself) Indonesia yang tangguh dan mandiri. Ceileee….sok bingits hihihi….ya tidak mengapa wong namanya mimpi besar.
Kenapa generasi DIY? karena kita sudah terlalu lama tergantung ke negara-negara lain. Kita perlu memupuk jiwa kemandirian bangsa. Saat saya mulai membuat sesuatu, ada proses belajar di situ. Ada proses memahami dan akhirnya mencipta. Dan yang lebih istimewa lagi proses belajar ini tak sekedar dalam paparan teori tapi sudah dalam tahap praktek langsung. Sekali saya tahu prinsip membuat tas maka saya akan bisa mengutak atik desain sehingga muncul kreasi unik khas saya sendiri. Jiwa terus berusaha belajar sampe detail akan memupuk jiwa juang kita. Dampaknya tentu kita akan jadi bangsa produsen dan lepas dari ketergantungan ke negara lain.
Nggaya banget gak sih? Hahaha…ya tidak mengapa. Mimpi besar dimulai dari yang kecil-kecil. Kelihatannya sepele berusaha membuat nak-nik, tapi di balik itu ada pembentukan karakter yang kuat saat kita terus menerus menekuni sesuatu. Kita terbiasa belajar, telaten dan tekun. Plus satu lagi yang sangat penting, kita belajar berkreasi, berkarya dan mencipta. Kalo dari kecil anak-anak kita biasakan berkreasi seperti ini maka tunggulah munculnya generasi DIY Indonesia yang tangguh dan mandiri.
Jadi nanti tidak cuma muncul Yarn Bombing tapi juga muncul DIY Generation Bombing. Yeay!!! *sambil mengepalkan tangan diangkat tinggi-tinggi*
Baiklah…sekian orasi saya. Semua mimpi diawali dengan tidur. Jadi saya tak tidur dulu kekekeke….
Sebelum tidur saya bagi kreasi kurang sip saya. The most awkward selfie sore ini.
IstandwithIndonesia.
Melbourne, 21 September 2015
Salam