Entah dapat wangsit dari mana tiba2 saya pengen punya akuarium. Kira2 akhir tahun 2010 saya mulai sibuk berbelanja pernak pernik akuarium. Awalnya abah saya membeli 2 pot besar untuk teratai mini di depan rumah. Karena ada kolam mininya, maka saya punya ide beli ikan kecil2 ditaruh di dalam pot ini. Baguuuuss banget, jadi di sela2 akar teratai saya bisa liat ikan berlalu lalang. Suatu sore tetangga saya main ke rumah dengan anaknya yang masih TK. Saya ajak anak ibu ini lihat2 ikan di pot saya. Berbinar2 matanya.
Besoknya sepulang dari kampus saya liat teratai di pot saya sudah jungkir balik keluar dari potnya. Air dalam pot hampir habis dan keruh. Daaan, ikan2 saya raib saudara2. Astaghfirullah…apa yang terjadi? Saya kepikiran kucing mungkin mengasah insting berburunya dengan mengaduk2 pot dan memakan ikan2 saya. Ah, ya sudahlah, besok bisa beli ikan lagi. Saya isi lagi pot bunga itu dengan air dan saya atur kembali teratainya.
Tak lama kemudian, rumah kami mendapat kunjungan. Seorang ibu dengan anak kecil membawa baskom. Ibu saya yang menemui tamu ini karena saya masih sibuk di belakang. Sayup2 saya dengar “Bu, mohon maaf ya…ini anak saya diajak teman2nya ngambil ikan di pot ibu. Ini ikannya kami kembalikan. Mohon maaf sekali lagi ya bu…Ayo, minta maaf sama ibunya, kamu harus janji tidak mencuri lagi”. Hahahaha….ternyata binar mata anak2 bermakna lain dengan yang saya kira. Dan saya menyesal telah menggoda iman anak2 kecil tadi sehingga mereka mengambil ikan2 di pot saking pengennya mereka punya ikan. Benernya tidak apa2 ikan itu dimiliki anak tadi, tapi ibunya bersikeras mendidik anaknya untuk tidak mencuri sehingga ikan2 itu saya taruh kembali di pot teratai.
Namun dari kejadian ini saya kepikir untuk tidak menaruh ikan di pot daripada nanti jadi petaka lagi. Nah, mulailah saya melirik karir sebagai pemelihara ikan di akuarium. Saya dapat hibah akuarium dari Nongki, adik ipar saya. Berbelanja berdua kami membeli ikan mas koki yang gemuk minul minul. Apa daya ikan2 ini mati dalam semalam saja hahaha…gagal total. Kemudian tak putus asa saya merengek rengek ke abah minta dibelikan akuarium. Tak dinyana, abah malah bermurah hati membelikan saya akuarium besaaaar kira2 semeteran panjangnya. Lengkap dengan meja, lampu, filter, pasir hiasan dan tentu saja ikaaaaaan. Hampir tiap minggu saya membeli ikan ke pasar hewan Splendid Malang. Akuarium itu sampai penuh sesak. Saya data tiap2 jenis ikan di daftar warga RT penghuni akuarium. Ratusan jumlahnya kwkwkwkw…Dan karena terlalu padat maka acara makan memakan antar ikan pun terjadi. Ikan2 kecil saya habis dimakan ikan besar. Juga ada acara kejar mengejar karena ternyata beberapa ikan buas terhadap temannya sehingga mulai berguguranlah ikan2 itu. Warga RT penghuni akuarium mulai wafat satu persatu. Sampai akhirnya dengan sedih saya harus meninggalkan akuarium itu karena saya harus sekolah lagi ke Melbourne. Sediiiih…kabarnya ikan2 saya mati semua dan akuarium di rumah sekarang kosong. Hiks hiks…so sad. Well, tidak apa. Kata suami saya karir ber-akuarium bisa dilanjutkan nanti sepulang sekolah. Malah kalo bisa bikin akuarium ikan air laut. Wuuiihh…ambisius kekekeke.
Nah, rejeki ternyata gak kemana. Pas saya ngecek FB saya, ada info seorang teman akan pulang ke Indonesia. Dan…meninggalkan akuarium kosong yang siap dihibahkan. Wuuuiihh…mekar jaya hati saya. Langsung saya kontak untuk menyatakan interest saya memanfaatkan akuarium tersebut. Alhamdulillah…si empunya akuarium baik banget. Saya dikasih gratis akuarium, filter, pakan ikan, obat white spot bahkan sampai hiasan2 dalam akuarium. Tak besar ukuran akuarium ini, kecil saja mungkin 40 cm x 30 cm x 20 cm. Tapi bungah sebungah-bungahnya hati saya.
Tapi namanya hidup di kontrakan tak bisa sebebas di rumah sendiri. Karena kami tinggal hanya sementara di Melbourne ini sampai saya lulus sekolah, maka rumah kami ya seadanya saja. Tidak banyak pernak pernik hiasan rumah. Juga barang2 yang ada tidak di set yang serasi warnanya. Barang2 kami kebanyakan barang hibahan murah meriah tak serasi tak seirama kwkwkw…jadi ya asal berfungsi saja. Apalagi sibuk sana sibuk sini membuat rumah saya lebih sering acak2nya dibanding rapihnya kwkwkw. Namun rumah haruslah rumah, tempat kami menempatkan hati supaya nyaman dan tenang. Saya pikir tak ada salahnya menghias sedikit2. Toh diitung2 lama juga tinggal di kontrakan ini.
Maka, saya mulai melirik 2 keranjang bekas botol2 susu yang saya tak tahu bagaimana sejarahnya bisa nangkring di rumah saya. Dua keranjang ini cukup kokoh kalo dijadikan base akuarium. Saya tumpuk dua keranjang ini kemudian saya ikat pake lakban supaya stabil gak goyang2. Ada juga protholan meja gambar yang entah juga asalnya dari mana. Saya lepas baut2 di lempengan kayu meja gambar ini sehingga tersedialah selembar papan yang bisa saya taruh di atas tumpukan 2 keranjang.
Setelah itu saya ukur dimensi base akuarium ini dan mulailah saya bikin kain penutup. Saya desain bagian depan supaya bisa dibuka tutup sehingga selain berfungsi sebagai base akuarium, struktur ini juga bisa dimanfaatkan sebagai rak2 untuk menyimpan pernak pernik akuarium.
Dan untuk mempermanis, saya hias penutup rak dengan tulisan “blub blub” menirukan suara ikan dalam air. Maksud hati ingin mencoba blanket stitches yang ada di mesin jahit baru saya. Apa daya tangannya masih belum luwes sehingga aplikasi di tutup rak ini malah belepotan jaitannya kekekeke…Tak apalah, masih manis dilihatnya. Yuhuuu..akhirnya jadi juga apartemen baru buat si ikan2 yang lebih anti gempa secara sebelumnya akuarium ini saya taruh di kursi sofa yang agak2 rawan gempa kekeke…
Hope you enjoy your new home ya ikan-ikan. Sebesar harapan saya untuk lebih feel hoomy di Melbourne sini.
Semoga tulisan ini menginspirasi anda untuk memanfaatkan barang2 tak terpakai di rumah 🙂
Melbourne, 2 Januari 2014
Salam.