Category Archives: Pernak Pernik Rumah

Menu ini memuat berbagai karya saya untuk kepentingan rumah tangga. Biasanya saya akan membuat dari bahan2 yang murah meriah atau bahkan barang bekas demi mensukseskan gerakan 3R, re-use, re-duce, re-cycle. It is maybe very simple tapi semoga berguna untuk menginspirasi pemanfaatan bahan2 di rumah di samping untuk mempermanis rumah anda.

Thread catcher Densus 77

Standard

Di rumah sedang terjadi teror, demikian kata suami saya. Katanya mesti dibentuk Densus 77 menyaingi Densus 88. Teror apa? Teror benang. Yap, benang dimana-mana nyebar serumah. Karena rumah di sini pake karpet maka benang nempel bener ke karpet. Trus pernah pas jalan berdua lha kok baju si mas banyak benangnya hahaha…. Habis sholat jamaah saya lirik bertebaran benang di baju mas Dian hihihi… Belum lagi benang2 di selimut flanel di kasur. Ya Allah…benang betebaran.

Dan satu lagi, jarum. Ada aja jarum tertinggal dan kembali meneror suami saya hahaha….Yang tertusuk di kaki, di tangan sampe pernah hampir kena mata 😨.

Ya mau gimana lagi kos kosannya saya seuprit. Ruang tamu jadi berbagai ruang, ya ruang makan, ya ruang liat tivi, ya ruang belajar plus workshop njait2. Cuma 4×4 meter luasnya. Dan itu sudah penuuuuh buku, kain, alat elektronik, akuarium, meja2 plus printilan2. Riyek pokoke.

But that what home is. It has your soul in it. Riyek2 tapi hangat buat berdua hihihi.

Oke deh…saya mesti berpikir bagaimana mengatasi teror benang. Saya buatlah thread catcher plus tempat jarum yang nempel di mesin saya. Gini nih bentuknya.

image

Saya buat tali mengelilingi salah satu pilar mesin jait. Tali ini saya hubungkan ujung2nya pake kancing jepret jadi bisa dilepas dan dipasang di mesin jait yang lain. Ada kantung atau bahasa kerennya thread catcher yang bisa dilepas-pasang juga. Kantung ini fungsinya menjadi tempat sampah sisa2 benang yang deket ma saya jadi gampang mbuang2 benangnya. Sedang di sisi kanan mesin saya pasang perekat atau velcro. Velcro ini buat melekatkan bunga tempat jarum saya. Jadi jarum2 bisa dengan mudah saya taruh sehingga tidak tercecer.

image

image

Semoga Densus 77 ini mampu mengatasi teror benang dan jarum di rumah hihihi…

Melbourne, 15 Juni 2016
Salam

my colourful hanging garden

Standard

menyambut spring saya tampilkan karya bertemakan bunga. i love flowers. untuk yang satu ini mungkin saya masuk kategori mainstream bahwa perempuan suka bunga. tak dapat dipungkiri saya sukaaaaa banget. kalo sedang di malang, kota batu sering jadi tempat tujuan demi bisa melihat bunga-bunga. sering kali tiap akhir pekan suami ngantar ke pedagang bunga. pulangnya sampe gak bisa konsen nyetir karena stang sepeda motor penuuuuh tempelan pot-pot bunga. bahkan suatu kali saya pernah beli 40 pot mawar sekaligus hihihi….belum lagi lili tanah, krokot, dahlia dan segambreng tanaman-tanaman yang saya gak tau namanya. plus tanaman sisa-sisa taman kampus yang saya minta ke pak kebun. ketimbang dibuang saya tampung tanamannya *nggilani dot com kekeke*

image

saya inget duluuuuuu di kebun raya Purwodadi pernah dilaksanakan pameran anggrek se-Asia Tenggara. yang mbuka bu Mega sebagai presiden waktu itu. masyaAllah…buaguuuuuus bangeeeetttt. saya ma ibu sampe terbengong-bengong saking bagusnya. belum lagi berbagai pameran bunga di tarekot, taman rekreasi kota Malang. itu juga sering jadi ajang kunjungan liat bunga.

tak cuma itu, di Melben saya rajin datang ke event perbungaan. mulai dari tulip festival di Lylidale, flower festival di Melben Convention Center atau sekedar jalan-jalan di Bunning warehouse di Coburg yang ada kebun bunganya. akhir pekan ini mau ke Lylidale lagi dan juga ke Cherry blossom.  akhir pekan depan mau ke Canberra juga liat Floriade…oww…so happy. pokok gak ada bosennya ke bunga-bungaan.

image

image

tahun lalu juga sempat ke Keukenhof di Belanda. masyaAllah…bunga dimana-mana. no words can describe how happy i was that day. dream come true bener deh.

image

image

nah, secara suka mbunga mbunga maka saya pengen mengabadikan bunga-bunga itu dalam satu karya. di rumah banyak berserakan bunga-bunga dari kain, pita, resleting atau hasil crochet. hmm…lumayan juga kalo disusun jadi “hanging garden”. jadi ini ceritanya pengen naruh bunga-bunga di kain dimana kain ini kemudian dipigura. hasil akhirnya jadi kebun bunga yang bisa dipajang di dinding.

bunga-bunga yang saya pasang di hanging garden ini cara membuatnya ada yang sudah terpampang di blog ini. salah satunya bunga dari resleting dan bunga dari kain felt . ini rancangan tatanan bunganya:

image

tak lupa ikut mejeng beberapa bunga dari hasil crochet atau mbenthel. bunga putih besar di tengah hasil belajar di youtube. ini linknya https://youtu.be/HHllX34FtMg.  ada juga bunga dari kain sisa yang saya pelintir-pelintir dan diberi kelopak bunga dari pita. mawar putih dan kuning  terbuat dari pita. kalo yang satu ini saya tidak bikin sendiri karena lupa caranya. duluuu sudah diajari ibu mertua untuk bikin mawar dari pita tapi sudah lupa hehehe. jadi bunga mawar putih dan kuning saya dapatkan dari toko second hand Savers dekat rumah. kalo bunga rajut agak susah euy nerangkannya. jadi mohon maaf lum bisa menampilkan tutorialnya. oya saya juga pasang beberapa kancing bentuk cinta-cinta untuk mempermanis.

setelah bunga-bunga disusun lalu saya dondomi ke kain dasar. pokok nempel ke kain. trus saya tambahkan sulaman batang dan daun-daun seperti ini:

image

kurang rapi euy sulaman saya kekeke…gakpapa wes gak keliatan banget. saya memang kurang bisa nyulam dari dulu. hasil sulaman saya masih kurang sip.

setelah semua bunga terpasang, batang dan daun juga tersulam, maka tinggal memasang ke pigura. jangan lupa pastikan anda mengukur besar pigura jadi tatanan bunga pas memenuhi bidang pigura.

image

image

image

setelah selesai baru deh dipasang di pigura. karena bunga timbul, maka kaca pigura tidak saya pasang. kelemahannya bunga jadi kena debu. tapi jangan kuatir kan bisa dicuci hehehe…kalo anda bisa beli pigura timbul maka bisa lebih keren lagi. sementara gakpapa gini dulu wong ya pigura dapat hibahan juga dari teman. yang penting cakeeeep.

image

mejeng deh hanging gardennya. brighten up my day 🙂

image

melbourne, 17 sept 2015
salam

Aplikasi tidak pake tusuk feston lagi

Standard

Waktu itu saya jalan-jalan ke toko GJ’s fabric dekat kos-kosan. Waktu belum pindah maksudnya. Sekarang tokonya sudah pindah agak jauh dari rumah. Sedih euy. Nah pas liat-liat kain saya tertarik ke berbagai softies (boneka-boneka dari kain) yang mereka pajang. Lucu-lucu bangeeet. Ada landak, kuda, kangguru dan lainnya.

Perlahan saya amati aplikasi yang disematkan di softies-softies itu. Aplikasi semacam hiasan mata, idung atau bibirnya. Biasanya nih, kita pake teknik aplikasi dengan tusuk feston untuk menempelkan hiasan-hiasan ini. Tapi ternyata softies di GJ’s fabric ini gak pake teknik tersebut. Wah…penasaran nih. Saya amati bener bonekanya. Usut punya usut ternyata teknik yang dipake adalah menempelkan aplikasi ke wajah boneka dengan menggunakan jahitan paling aluuuuuusss.

Kalo kita menjahit, biasanya panjang jahitan bisa kita atur mau serenggang atau serapat apa. Untuk teknik bikin ruffle atau rumbai-rumbai biasanya kita pake jarak jahitan renggang-renggang. Kebalikan dari teknik bikin ruffle, maka teknik aplikasi kali ini pake jahitan dengan jarak jahitan paling deket atau paling rapet. Misal mesin anda ada setelan jarak jahitan maka bisa distel ke jarak jahitan terkecil. Biasanya semakin kecil nomer yang ditunjukkan tombol pengatur jarak jahitan maka makin rapat jahitannya.

Saya pake mesin jait singer dan brother. Dua mesin ini ada tombol pengatur jarak jahitannya. Kali ini saya pake jarak jahitan paling rapat di sekitaran angka 1 dan 2. Keuntungan teknik aplikasi pake jahitan rapat adalah sebagai berikut :

1. Karena jarak jahitan rapat maka resiko kain terburai akan menurun. Kain aplikasi akan rapat menempel di kain dasar sehingga kuat jahitannya. Kalopun terburai maka buraiannya akan berhenti tepat di jahitan yang rapat.

2. Karena jahitan rapat, maka mesin akan berjalan lambat sehingga kita bisa dengan luwes meliuk-liukkan jahitan sesuai bentuk kain aplikasi. Jadi gak usah kuatir walo bentuknya sangat detail dan sulit. Dengan berjalan pelan maka kita bisa dengan lebih leluasa mengatur arah jahitan.

3. Menjahit dengan mesin tentu saja lebih cepat daripada dengan tangan. Jadi teknik ini lebih efisien dibanding jahit tangan.

Tapiiii…ada kelemahannya nih…

1. Karena jahitan sangat rapat maka kalo salah jahit runyam sudah proses mbongkarnya.

Apalagi ya? So far masih itu kelemahan yang saya temukan.

Saya sudah coba nih bikin aplikasi pake teknik ini. Ceritanya saya mau ikut lomba yang diselenggarakan perusahaan mesin jait Brother. Nama programnya Brother Inspires. Gimana proyek-proyek crafting dari fesbuk Brother bisa menginspirasi kita membuat pernak pernik penghias studio jahit di rumah.

Well saya gak punya studio khusus njait maka pengenlah ikutan challenge ini. Hadiahnya maut lagi, 10.000 dolar bisa kita dapatkan untuk proyek menghias studio jahit kita. Plus ada pendampingan dari ahli interior studio njait. Semangatlah saya.

Proyek contoh dari Brother yang saya contoh adalah bikin bantal kursi pake teknik All tied up cushion. Bentuknya gini :

image

Terinspirasi dari contoh itu saya bikin bantal kursi bertema kupu-kupu. Badan kupu-kupu saya bikin pake teknik aplikasi menggunakan jahitan rapat seperti yang saya terangkan di atas. Sedangkan knot seperti di bantal kursi di atas saya pasang menjadi antena kupu-kupu. Seperti ini nih…

image

Keliatan gak jahitan aluuuus sepanjang badan kupu-kupu? nah itu teknik aplikasi yang saya praktekkan. Sedangkan sungutnya kupu-kupu saya bikin meniru teknik all tied up-nya brother. Oya taklupa sebelum dijait, badan kupu-kupu sudah saya lapisi kain keras yang paling tipis supaya agak kaku. Hasil akhir kayak gini nih.

image

Gak menang sih akhirnya *huaaaaaaaa*. Tapi crafter sejati gak boleh nangis. Harus teuteup keukeuh berkarya.

Siap!!! Lanjutkan karyanya!!!

Semoga menginspirasi

Melbourne, 20 Agustus 2015
Salam

Patchwork, disappearing nine patch

Standard

Post ini untuk mengabadikan bahwa saya pernah semangat bener ber-patchwork ria. Sekarang entah kemana semangat itu hahaha…raib ditelan waktu. Semoga secepatnya bisa nemu kembali secara saya sudah dibelikan mesin quilting ma suami saya. Sayang kalo gak dipake hehehe…

Ini karya patchwork saya yang sudah lebih tertata. Saya sudah pake penggaris khusus patchwork, pake rolling cutter (pemotong kain) dan juga matrasnya. Juga pake kain katun yang cocok untuk karya2 patchwork. Kali ini saya mengambil tema disappering nine patch, hilangnya 9 kotak kotak. Aneh juga kalo di-Indonesia-kan hahaha… Intinya membuat 9 kotak dengan dihiasi dengan bingkai. Kalo dalam bahasa Inggris bingkai ini namanya “sash” sedangkan kotak-kotaknya dinamakan “charm pack”. Lebar bingkai yang saya pakai kali ini 1,5 inch sedangkan dimensi charm pack adalah 5 x 5 inch. Biasanya ada paket charm pack yang bisa beli jadi. Kain-kain sudah dipotong 5 x 5 inch jadi kita tinggal menjahitnya. Tapi saya tidak beli paket charm pack ini karena mahal kwkwkw….saya bikin saja sendiri dari segala macam kain perca yang saya punya. Asal bisa memenuhi ukuran 5 x 5 inch.

 WP_20140118_001 WP_20140118_003

Di foto sebelah kiri terlihat peralatan patchwork saya. Ada matras berwarna hijau yang sudah dilengkapi garis-garis per 1 cm. Ada penggaris patchwork yang juga dilengkapi ukuran. Khusus untuk penggaris kotak ini ukuran yang tertera adalah inch karena ukuran yang umum dipakai di Australia adalah inch. Di atas penggaris dan kain ada rolling cutter atau pemotong kain. Bentuknya seperti pemotong pizza. Jadi untuk memotong kain kita tinggal mendorong rolling cutter dan pisau bundar di dalamnya akan memotong kain seperti yang kita inginkan. Di foto sebelah kanan terlihat potongan 5 x 5 inch yang sudah saya buat.

WP_20140118_004

Nah, jadi sudah kotak-kotak 5 x 5 inch dan bingkai berupa kain hitam panjang dengan lebar 1,5 inch

WP_20140118_005

Tiga kotak kain digabung dengan 2 bingkai di antaranya. Jangan lupa selalu menyetrika hasil jahitan supaya hasil jahitan rapi dan datar

Setelah jadi 3 baris terdiri dari 3 kotak kain, kita gabungkan tiga baris ini dengan bingkai. Foto di bawah ini memperlihatkan bingkai yang lebih panjang menggabungkan 2 baris terdiri dari 3 kotak kain. Jangan lupa disetrika setiap kali selesai menggabungkan kotak-kotak ya..

WP_20140118_009 WP_20140118_006

Sampai tahap ini patchwork bisa dibilang sudah jadi, dinamakan nine patch. Jika anda lebih menyukai bentuk seperti ini maka patchwork sudah jadi tinggal dikembangkan sebesar dimensi yang anda suka.

Tapi jika anda ingin memberi variasi, maka kita bisa melakukan modifikasi bagaimana cara menata kotak-kotak tersebut. Salah satu modifikasi ini dinamakan disappearing nine patch. Cara membuatnya adalah dengan memotong tepat di tengah-tengah 9 kotak yang sudah kita buat. Jadi kita potong di tengah baik horisontal maupun vertikal. Jadi kita akan punya 4 kotak yang lebih kecil dari gabungan 9 kotak.

WP_20140118_007 WP_20140118_008

Lalu kita atur ulang kotak-kotak tadi. Saya membuat 2 x gabungan 9 kotak lalu saya potong di tengah-tengahnya. Kini saya punya 8 kotak. Delapan kotak tadi saya atur sedemikian rupa sehingga garis-garis bingkai tidak bertemu dan membentuk garis lurus. Juga saya atur agar kotak-kotak dengan  motif yang sama tidak bertemu.

WP_20140118_010

Dan setelah beberapa kali membuat gabungan 9 kotak dan menata ulangnya, maka saya punya lembaran patchwork ukuran sekitar 2 x 2 meter. Rencananya saya akan memakai lembaran ini untuk pembungkus quilt (selimut hangat) di rumah. Tapi belum kesampaian sampai sekarang hehehe…

WP_20140119_002

Bayangkan betapa ramainya nanti kasur saya dengan adanya pembungkus quilt bertema campur-campur seperti ini. Ya gapapa lah namanya juga memanfaatkan segala kain yang ada kwkwkw….

Melbourne, 18 Oct 2014

Salam

Tutup Gelas Cantik

Standard

Buka-buka file FB lama jadi ingat jaman mencoba berwirausaha dengan adik saya Eka Wahyu Miratih. Sepertinya kami berdua penyuka pernak-pernik craft. Jadilah kami berkolaborasi membuat tutup gelas cantik dan menjualnya. Ibu mertua saya yang mengajari cara membuat hasta karya ini. Belum sempat berkembang usaha bersama ini harus kami sudahi karena kesibukan masing-masing. Juga saya sudah harus berangkat ke Melbourne untuk sekolah lagi. Tapi kami berdua berhasil berkolaborasi membuat banyak tutup gelas cantik untuk souvenir nikahan saya sendiri. Waktu itu kami menyiapkan sekitar 500 biji tutup gelas untuk dijadikan souvenir. Alhamdulillah kreasi sendiri bisa ikut mensukseskan kisah hidup hehehe…

Ini dia sedikit foto-foto nikahan saya dengan mas Dian pada 4 September 2011 yang lalu.

329345_10150321203536799_153159043_o301256_10150321209556799_2065701891_n

294331_10150321210021799_44675710_n(1)

321565_10150321209341799_950348577_n

Sedangkan contoh tutup gelas yang kami buat adalah sebagai berikut :

227434_10150174110776799_8372996_n 228245_10150174110846799_961942_n 230149_10150174111106799_2427060_n 247858_10150205425971799_4345143_n 247858_10150205425976799_6327227_n 250363_10150205426491799_5197240_n 250363_10150205426496799_5399719_n 251194_10150205431166799_4394689_n 251194_10150205431171799_4499268_n 251194_10150205431181799_4814335_n

Bagaimana cara membuatnya?

Kami membuat dari tutup gelas plastik murah meriah, kain (ada yang sengaja kami beli baru atau kain sisa-sisa jaitan), manik-manik emas maupun perak, bunga dan daun siap pake yang bisa dibeli di toko-toko asesoris menjahit serta lem tembak sebagai perekat.

Pertama kami potong kain berbentuk bujur sangkar dengan ukuran selebar tutup gelas. Sengaja agak kami lebihkan besarnya untuk memastikan kain cukup menutupi tutup gelas. Selanjutnya tepat di tengah-tengah bujur sangkar tersebut kain digunting. Guntingan ini membentuk silang di tengah. Guntingan tidak perlu terlalu lebar asal bagian pegangan tutup gelas bisa masuk. Selanjutnya kain yang sudah tergunting tengahnya dipasang di bagian atas tutup gelas. Dengan adanya guntingan maka bagian pegangan tutup gelas muncul di tengah lingkaran sementara kain ditarik ke pinggir-pinggir tutup gelas supaya bisa menutup bagian atas tutup gelas dengan rapi. Sisa-sisa kain kemudian digunting mengikuti lingkaran tutup gelas. Oya, sebelumnya sepanjang pinggir tutup gelas diberi lem untuk merekatkan kain ke tutup gelas. Jika ingin membuat tutup gelas dengan aksen jaring-jaring, maka setelah kain terpasang rapi selanjutnya kain jaring dipasang di atasnya seperti cara memasang kain di bawahnya. Lalu pinggiran tutup gelas diberi hiasan manik-manik emas maupun silver dengan bantuan lem tembak.

Langkah kedua adalah menghias bagian pegangan tutup gelas. Sama dengan pinggiran tutup gelas, pegangan tutup gelas dihias dengan manik-manik. Kami pastikan manik-manik menutup rapi pegangan tutup gelas dan juga guntingan kain di tengah-tengah. Untuk mempermanis kami pasang daun dan bunga siap pakai. Jadi deh.

Satu persatu tutup gelas kami masukkan plastik dan diikat dengan kawat emas sebagai pemanis. Pretty… 🙂

Hope it gives you idea!

Melbourne, 21 Sept 2014

Salam

Ramadhan Mubarak

Standard

This time I write this post in English. One of my friends from Bangladesh would like to know how I made those little decorations to welcome Ramadhan in my house. Write in English will be beneficial for her then 🙂

Ramadhan has come this year. We are lucky enough to experience Ramadhan in Australia during winter and not in summer like some of our friends in Europe. They have to fast for more than 16 hours while here we fast for only about 10 hours. And that must be hard for my friends in Europe. May Allah make it easy for them. Aamiin..

Alright, now lets get down to business. For this Ramadhan, I’d like to decorate my house to welcome the fully-blessed month. It is a sunnah to rejoice Ramadhan so I decided to make some decorations from left-over fabrics and felt.

First, I made circles both from fabrics and from a light-weight interfacing. I used a little bowl as a guidance to make the circle. The radius was around 10 cm. Since I used left-over fabrics, sometimes the fabric was too small so I could not make a circle from it. So I joined the fabric and made a square in which its length was more than the radius of my little bowl. It does not matter if the fabric does not perfectly match as long as it has the dimension that is enough to make a square.

WP_20140628_001WP_20140628_003

Second, I prepare the letter pattern from paper. I just print it from my computer with the font that I prefer. I chose the font which was not too complicated in shape to make me easier to sew. Also I printed the letter with large size so it is visible from distance.

WP_20140628_006WP_20140628_007

Third, I cut felt based on the letter pattern. I chose felt color that was suitable with the circle color. So, choose the color as pretty as you want :). Then, I sew the felt letter to the fabric. I used straight stitches with coordinating thread.

WP_20140628_008

The fourth step was to glue the interfacing to the back of the fabric. This interfacing will reinforce the fabric so it has more solid structure. For this purpose, we can choose light or heavy weight interfacing. Why? because we don’t need to fold the fabric after it is glued so it does not matter whether the interfacing is light or heavy weight. By the way, the heavier the weight of the interfacing, the stiffer the fabric will be. So it is really depend on what you prefer whether you want a very solid structure or just enough to give some stiffness.

This interfacing has glue in one side so when we iron it, it will stick to fabric. The glued side is the shiny side. This shiny stuff is the glue that will melt as soon as we put heat on it. Face the glued side of the interfacing to the back of the fabric and iron it from the pretty side of the fabric. Or vice versa, you can iron it from the non-glued side of the interfacing. Just make sure that the glued side of the interfacing meet with the back side of the fabric. Otherwise you will find the glue melt to the iron surface :(. Once the interfacing stick to the fabric, then we can cut the excess fabric or interfacing so we get the perfect circle.

WP_20140629_001

Now, the fifth step is to sew the edge of the circle. I used zig zag stitches here. This stitches will hold together the fabric and interfacing. Don’t forget to stitch back and forward in the beginning of the stitches to secure it.

WP_20140629_004 WP_20140629_005

The last part was to put safety pin to hang the circle with the letter. And decorate your house with it.

WP_20140629_007

RAMADHAN MUBARAK!

WP_20140629_009 10444383_10152278061476799_1643355651764334085_n

Melbourne, 20 Sept 2014

Salam

Red Cushion Cover by Alma

Standard

Aha…ada satu lagi teman yang terkena virus jait menjait, craft meng-crafting. Ibu dokter Alma yang cantik, sesama guru TPA di sini, pengen memulai karir di bidang pernjaitan. Di rumah kontrakan Alma ada sofa yang sudah tua. Pengennya dibuang tapi di sini buang membuang barang tidaklah mudah. Harus ngirim sofa ke tempat pemusnahan yang cukup jauh dan masih harus bayar lagi. Hmm…bit complicated. Maka lebih mudahnya beli aja throw, kain penutup sofa dengan pemanis bantal kursi. Nah karena Alma belum punya pengalaman menjahit, maka dia pengen belajar menjahit ke rumah saya.

Jadilah kemaren Alma main ke rumah saya. Alma membawa 4 lembar kain fleece, 3 lembar untuk throw dan satu lembar untuk sarung bantal kursinya. Untuk throw fleece yang dipilih berwarna putih bermotif garis2 melingkar sedangkan untuk sarung bantal kursi Alma memilih warna terang merah dengan aksen rumbai2 dari pinggiran fleece tersebut.

Awalnya Alma belajar menjahit dengan menyambung pinggir2 fleece putih sehingga terbentuk throw gabungan fleece2 tersebut. She’s done it very well. Untuk pemula Alma patut dapat acungan jempol karena jahitannya relatif lurus dan rapi. Saya ajari Alma untuk mengamankan ujung2 jahitan agar tidak mudah terlepas dengan melakukan jahitan bolak balik. And she also did it perfectly. Kain panjang ini selanjutnya akan digunakan untuk menutup sofa atau bahasa enggresnya jadi throw yang akan menutup sofa. Sofa pun kelihatan baru kembali 🙂

Lalu mulailah ke tahap yang lebih sulit yaitu membuat sarung bantalnya. Bantal yang akan dipakai berukuran 40 cm x 40 cm. Maka Alma saya arahkan memotong bagian depan sarung bantal berupa kain kotak berukuran 44 x 44 cm dengan menyisakan 2 cm di masing2 pinggir kain untuk jahitan. Sedangkan untuk bagian belakang Alma memotong dua lembar kain kotak berukuran 30 x 44 cm. Dua kain ini lalu ditekuk salah satu ujungnya. Bagian tekukan ini akan menjadi bagian terbuka tempat memasukkan bantal. Selanjutnya Alma memotong ujung2 kain fleece merah yang bisa dimanfaatkan sebagai rumbai2 pemanis sarung bantal.

Sebelum menjahit bagian2 sarung bantal ini maka kain2 disusun sebagai berikut :

1. Bagian terbawah adalah bagian depan sarung bantal. Bagian kain yang bagus (luar) berada di sisi atas sedangkan bagian kain yang jelek (dalam) berada di sisi bawah

2. Rumbai2 selanjutnya ditata mengelilingi bagian depan sarung bantal. Rumbai ditata menghadap ke dalam.

3. Bagian teratas adalah dua kain yang telah ditekuk ujungnya yang akan menjadi bagian belakang sarung bantal. Kedua kain ini ditata supaya saling menutupi (over lapping) di bagian yang ditekuk supaya nantinya saat bantal sudah dimasukkan maka bagian terbuka ini akan saling menutupi. Bagian bagus kain menghadap ke bawah sedangkan bagian kain yang jelek berada di sisi atas

Dengan hati2 lalu Alma menjahit sekeliling kain yang sudah disusun seperti di atas. Dia memastikan bahwa ketiga bagian kain terjahit. Dengan bantuan jarum pentul akhirnya Alma berhasil menjahit ketiga susun kain sehingga terbentuklah sarung bantal.

Dan taraaaa…setelah dibalik, jadilah sarung bantal merah dengan rumbai2nya. So cute…. Alma tersenyum bahagia setelah berhasil membuat sarung bantal ini. Dan anda semua bisa menebak, virus jahit menjahit saya pastikan sudah menular ke Alma hahahaha…

Glad you finally made that throw and cushion cover Alma. Hope you enjoy your new couch with that red cushion cover you’ve made Alma. And the most important part, enjoy the virus 🙂

1921947_10152059006226799_1584401766_n

Melbourne, 10 Maret 2014
Salam

Blub blub…a new apartment for the fishes

Standard

Entah dapat wangsit dari mana tiba2 saya pengen punya akuarium. Kira2 akhir tahun 2010 saya mulai sibuk berbelanja pernak pernik akuarium. Awalnya abah saya membeli 2 pot besar untuk teratai mini di depan rumah. Karena ada kolam mininya, maka saya punya ide beli ikan kecil2 ditaruh di dalam pot ini. Baguuuuss banget, jadi di sela2 akar teratai saya bisa liat ikan berlalu lalang. Suatu sore tetangga saya main ke rumah dengan anaknya yang masih TK. Saya ajak anak ibu ini lihat2 ikan di pot saya. Berbinar2 matanya.

Besoknya sepulang dari kampus saya liat teratai di pot saya sudah jungkir balik keluar dari potnya. Air dalam pot hampir habis dan keruh. Daaan, ikan2 saya raib saudara2. Astaghfirullah…apa yang terjadi? Saya kepikiran kucing mungkin mengasah insting berburunya dengan mengaduk2 pot dan memakan ikan2 saya. Ah, ya sudahlah, besok bisa beli ikan lagi. Saya isi lagi pot bunga itu dengan air dan saya atur kembali teratainya.

Tak lama kemudian, rumah kami mendapat kunjungan. Seorang ibu dengan anak kecil membawa baskom. Ibu saya yang menemui tamu ini karena saya masih sibuk di belakang. Sayup2 saya dengar “Bu, mohon maaf ya…ini anak saya diajak teman2nya ngambil ikan di pot ibu. Ini ikannya kami kembalikan. Mohon maaf sekali lagi ya bu…Ayo, minta maaf sama ibunya, kamu harus janji tidak mencuri lagi”. Hahahaha….ternyata binar mata anak2 bermakna lain dengan yang saya kira. Dan saya menyesal telah menggoda iman anak2 kecil tadi sehingga mereka mengambil ikan2 di pot saking pengennya mereka punya ikan. Benernya tidak apa2 ikan itu dimiliki anak tadi, tapi ibunya bersikeras mendidik anaknya untuk tidak mencuri sehingga ikan2 itu saya taruh kembali di pot teratai.

Namun dari kejadian ini saya kepikir untuk tidak menaruh ikan di pot daripada nanti jadi petaka lagi. Nah, mulailah saya melirik karir sebagai pemelihara ikan di akuarium. Saya dapat hibah akuarium dari Nongki, adik ipar saya. Berbelanja berdua kami membeli ikan mas koki yang gemuk minul minul. Apa daya ikan2 ini mati dalam semalam saja hahaha…gagal total. Kemudian tak putus asa saya merengek rengek ke abah minta dibelikan akuarium. Tak dinyana, abah malah bermurah hati membelikan saya akuarium besaaaar kira2 semeteran panjangnya. Lengkap dengan meja, lampu, filter, pasir hiasan dan tentu saja ikaaaaaan. Hampir tiap minggu saya membeli ikan ke pasar hewan Splendid Malang. Akuarium itu sampai penuh sesak. Saya data tiap2 jenis ikan di daftar warga RT penghuni akuarium. Ratusan jumlahnya kwkwkwkw…Dan karena terlalu padat maka acara makan memakan antar ikan pun terjadi. Ikan2 kecil saya habis dimakan ikan besar. Juga ada acara kejar mengejar karena ternyata beberapa ikan buas terhadap temannya sehingga mulai berguguranlah ikan2 itu. Warga RT penghuni akuarium mulai wafat satu persatu. Sampai akhirnya dengan sedih saya harus meninggalkan akuarium itu karena saya harus sekolah lagi ke Melbourne. Sediiiih…kabarnya ikan2 saya mati semua dan akuarium di rumah sekarang kosong. Hiks hiks…so sad. Well, tidak apa. Kata suami saya karir ber-akuarium bisa dilanjutkan nanti sepulang sekolah. Malah kalo bisa bikin akuarium ikan air laut. Wuuiihh…ambisius kekekeke.

Nah, rejeki ternyata gak kemana. Pas saya ngecek FB saya, ada info seorang teman akan pulang ke Indonesia. Dan…meninggalkan akuarium kosong yang siap dihibahkan. Wuuuiihh…mekar jaya hati saya. Langsung saya kontak untuk menyatakan interest saya memanfaatkan akuarium tersebut. Alhamdulillah…si empunya akuarium baik banget. Saya dikasih gratis akuarium, filter, pakan ikan, obat white spot bahkan sampai hiasan2 dalam akuarium. Tak besar ukuran akuarium ini, kecil saja mungkin 40 cm x 30 cm x 20 cm. Tapi bungah sebungah-bungahnya hati saya.

Tapi namanya hidup di kontrakan tak bisa sebebas di rumah sendiri. Karena kami tinggal hanya sementara di Melbourne ini sampai saya lulus sekolah, maka rumah kami ya seadanya saja. Tidak banyak pernak pernik hiasan rumah. Juga barang2 yang ada tidak di set yang serasi warnanya. Barang2 kami kebanyakan barang hibahan murah meriah tak serasi tak seirama kwkwkw…jadi ya asal berfungsi saja. Apalagi sibuk sana sibuk sini membuat rumah saya lebih sering acak2nya dibanding rapihnya kwkwkw. Namun rumah haruslah rumah, tempat kami menempatkan hati supaya nyaman dan tenang. Saya pikir tak ada salahnya menghias sedikit2. Toh diitung2 lama juga tinggal di kontrakan ini.

Maka, saya mulai melirik 2 keranjang bekas botol2 susu yang saya tak tahu bagaimana sejarahnya bisa nangkring di rumah saya. Dua keranjang ini cukup kokoh kalo dijadikan base akuarium. Saya tumpuk dua keranjang ini kemudian saya ikat pake lakban supaya stabil gak goyang2. Ada juga protholan meja gambar yang entah juga asalnya dari mana. Saya lepas baut2 di lempengan kayu meja gambar ini sehingga tersedialah selembar papan yang bisa saya taruh di atas tumpukan 2 keranjang.

Image

Setelah itu saya ukur dimensi base akuarium ini dan mulailah saya bikin kain penutup. Saya desain bagian depan supaya bisa dibuka tutup sehingga selain berfungsi sebagai base akuarium, struktur ini juga bisa dimanfaatkan sebagai rak2 untuk menyimpan pernak pernik akuarium.

Image

Dan untuk mempermanis, saya hias penutup rak dengan tulisan “blub blub” menirukan suara ikan dalam air. Maksud hati ingin mencoba blanket stitches yang ada di mesin jahit baru saya. Apa daya tangannya masih belum luwes sehingga aplikasi di tutup rak ini malah belepotan jaitannya kekekeke…Tak apalah, masih manis dilihatnya. Yuhuuu..akhirnya jadi juga apartemen baru buat si ikan2 yang lebih anti gempa secara sebelumnya akuarium ini saya taruh di kursi sofa yang agak2 rawan gempa kekeke…

Hope you enjoy your new home ya ikan-ikan. Sebesar harapan saya untuk lebih feel hoomy di Melbourne sini.

Image

Semoga tulisan ini menginspirasi anda untuk memanfaatkan barang2 tak terpakai di rumah 🙂

Melbourne, 2 Januari 2014

Salam.

 

Keset…keset…5000 saja bu..

Standard

Image

Dulu saya suka memandang sebelah mata para pedagang keset di pasar Singosari dekat rumah saya. Menurut saya kesetnya gak nyeni dan acak adul karena terbuat dari kain warna-warni tak serasi yang saya yakin berasal dari sisa2 pernjait-njaitan. Istilahnya saya ngentengin lah bahwa keset itu gampang bikinnya dan murah bahannya.

Nah, berbekal kesombongan, saya berniat membuat keset (yang gak ada tulisan “welcome”nya :p). Saya lagi perlu keset di depan dapur supaya saat masuk ke ruang tamu kaki saya tidak mengotori karpet di ruang tamu. Ada kain handuk bekas bikin keset di kamar mandi plus kain sisa rok Mbak India depan unit saya. Lumayan panjang kainnya. Dan meniru mas2 penjual keset, saya tak peduli warna kain apakah serasi atau gak. Asal nyerap air maka saya pakai saja hahahaha…

Saya mulai dengan menyiapkan kain berbentuk persegi panjang dari kain handuk. Dua lembar kain handuk saya satukan seperti membuat sarung bantal. Kemudian dibalik sehingga jahitan tidak kelihatan dan dijahit pinggir2nya. Oke, jadilah bagian bawah keset. Selanjutnya saya potong kotak2 kain sisa rok Gitika, tetangga saya. Saya tekuk diagonal membentuk segitiga yang kemudian ditekuk lagi membentuk segitiga yang lebih kecil. Istilah murid saya dibikin “spike”. Segitiga2 ini saya jahit sepanjang pinggiran bagian bawah keset. Terus sampe menutupi bagian pinggir. Dilanjutkan dengan membuat lajur kedua, ketiga dan seterusnya sampe ke bagian tengah. Ternyata….njait ginian gak mudah bagi saya :(. Setengah mati saya puter2 kainnya supaya spike2 tetap rapi dan terjait dengan sempurna. Apa daya…tidak rapi saudara2. Ada bagian spike yang gak terjait sehingga segitiganya jebol kwkwkw. But whatever, its ok for me. And also for my husband, he wont even notice it. Or even worse, he won’t even realise I made the keset :(.

Lajur2 segitiga selesai maka selanjutnya saya pasang bagian tengah keset. Gampang saja kalo yang ini. Kain kotak disesuaikan ukurannya sehingga menutupi bagian bawah spike lajur terakhir dan dijahit zigzag sehingga bagian tengah keset rapi. Then…here it is. My keset, cheap enough krn dr bahan2 buangan. Tapiii..saya janji gak akan memandang sebelah mata mas2 penjual keset. Or to be precise anyone who made the keset. Gak gampang ternyata njaitnya :(. Gitu murah banget harga jualnya. Ah sesama penjahit, saya prihatin juga memikirkan nasib para buruh njait. Semoga Allah selalu memperlancar rejeki para penjahit. Aamiin…

Melbourne, 20 Desember 2013

Salam

 

Tutup Rak Rotan

Standard

Aha…sekarang sedang ingin mengembangkan hobi jahit menjahit saya dan membuat pernak-pernik kerajinan tangan. Sepertinya hal ini sudah menjadi warisan antar generasi di keluarga kami dimana hampir semua bibi dan saudara perempuan saya telaten dalam hal menjahit,menyulam maupun membuat kerajinan tangan. Kali ini saya ingin berbagi sebuah kreasi sederhana membuat penutup lemari rotan yang murah meriah dan sederhana membuatnya. Sebetulnya kreasi ini biasa saja, tapi murah meriah karena dibuat dari kain seadanya di rumah sisa dari proses jahit menjahit sebelumnya.

 

Bahan yang dibutuhkan adalah selembar kain yang lebar dan panjangnya sesuai dengan ukuran lemari atau tepatnya rak rotan. Kali ini saya tidak membeli kain tetapi memanfaatkan kain motif rajut hadiah dari ibu seorang murid saya waktu saya mengajar di Play Group My Little Island tahun 2004 yang lalu. Sudah 7 tahun kain ini nganggur tidak dimanfaatkan, jadi saya pikir akan lebih berguna jika saya pakai sebagai kain penutup rak rotan saya. Selanjutnya saya butuh bahan pemanis un tuk mempercantik kain penutup ini. Maka saya melirik kain peles warna oranye sisa kain penutup base spring bed saya. Kain ini saya neci (atau beberapa orang menyebutnya di-bis) warna coklat tua supaya warnanya kontras. Saya bikin lebar kain pemanis ini sekitar 10 cm-an. Sedangkan untuk panjangnya saya sesuaikan dengan panjang pinggir kain penutup. Untuk membuat rumbai lipit ini saya siapkan panjang kain oranye sebesar 2-2,5 kali panjang pinggir kain yang akan dihias. Oya, harga kain peles ini murah saja, semeter cuma 6000-7000 rupiah dengan lebar 1,5 meter. Kain peles ini semacam kain satin tapi lebih tipis lagi. Biasanya digunakan sebagai bahan dalaman jas. Jika untuk pemanis saja saya kira kain ini sudah cukup memadai.vKebutuhan yang lain adalah benang, jarum, pines dan tentunya mesin jahit.

 

Kain motif rajut saya potong sesuai panjang dan lebar bagian samping kiri, kanan dan belakang rak rotan. Pinggir kain saya obras supaya rapi dan saya lipat tipis dan dijahit. Untuk bagian depan saya potong selebar dan sepanjang bagian depan lemari rotan. Sengaja saya potong sendiri supaya kain penutup ini bisa dibuka-tutup untuk mengambil barang. Kain peles setelah di-neci seluruh pinggirnya lalu saya lipit. Untuk pemula, kain peles ini bisa dilipit terlebih dahulu tanpa langsung ditempelkan ke kain utama. Ini untuk menjaga agar lipitan seragam, jahitan lurus dan panjang rumbai bisa pas jika dipasang pada kain utama. Apalagi kain utama kali ini adalah kain motif rajut yang mudah rusak seratnya, jadi lebih aman jika lipitan dibuat terlebih dahulu dan jika sudah pas bisa dipasangkan ke kain utama.

 

Setelah rumbai lipit selesai, selanjutnya rumbai lipit ini dipasang ke kain utama. Hanya bagian atas dan bawah kain yang diberi rumbai. Untuk menempelkan rumbai saya pilih model jahitan aplikasi dari mesin saya. Polanya bisa dilihat di foto. Jangan lupa pakai jarum pentul untuk menempelkan kain rumbai ke kain utama sebelum dijahit supaya rapi. Tips agar rumbai terpasang bagus adalah rumbai disetrika terlebih dahulu agar lipitnya terbentuk dengan rapi.

 

Khusus bagian depan, kain utama bagian atas saya lipat sekitar 1,5 cm untuk tempat memasukkan kawat. Jadi kain penutup bisa digeser-geser layaknya gorden. Selanjutnya kain yang sudah dihias bisa dipasang pada rak rotan. Bisa memakai tali atau lebih mudahnya memakai pines. Saya gunakan pines untuk memasang kain ke tiang-tiang rak rotan.

 ImageImageImageImage

Jadi deh…sayangnya kain penutup depan lom dipasangi kawat 😦 jadi kurang sip dikit. Juga kain depan kurang lebar dikit (habis kainnya mepet :p) Tapi overall boleh lah untuk menutup rak rotan.

 

Jika di rumah ada rak rotan dan anda sudah bosan melihat modelnya, tutupi saja dengan kain. Bisa dipermanis dengan rumbai atau bahkan kain penutup dihias dengan sulaman atau aplikasi sesuai selera. Apalagi kalo bisa disesuaikan dengan tema ruang, waahh…asyik punya.

 

Hope it inspires!!

 

Malang, 5 Juni 2011

Salam