Monthly Archives: May 2016

Cherry blossom hanging garden

Standard

Saya punya pengunjung tetap di workshop “ndondomi” di mitchell st ini. Dua kakak beradik Aretha dan Arrayah. Sore tadi mereka ke rumah dengan mamanya untuk mencicipi kue lemper buatan saya. Tiba2 Aretha berbisik “tante Zu, where is the gift that you have promised me for my birthday?”. Dhieeeerrr…utang saya belum terbayar kekeke…never make promise to a child, they have elephant memory.

“Hmm….why dont we make the gift together” sahut saya. Let’s make the hanging garden. Hanging garden ini adalah pigura berisi bunga2 semacam di post saya yang ini. Saat duo A ini datang, saya sedang membuat bunga2 cherry blossom dari benang sisa2 proyek 5000 poppies saya. Saya ngikut tutorial di link ini https://youtu.be/dQeq7Hci_qU. Dan sudah kudungan (baca : kuduga) mereka pasti akan berbinar-binar melihat bunga2 kecil itu. Eaaa…langsung deh dicomot bunga2 itu.

20160531_174540.jpg

cherry blossom hanging garden

Yap, baiklah mari kita mulai proyeknya. Saya ambil pigura kayu di rumah. Saya buka dan pisahkan kacanya. Lalu Aretha mengukur kain belacu yang diperlukan. Dia menggambar persegi panjang sebesar bagian dalam pigura di kain belacu. Lalu memotong kainnya dengan melebihi sekitar 2-3 cm dari ukuran bagian dalam pigura. Kain ini menjadi dasar tempat menempelkan bunga2.

Lalu dengan spidol khusus kain dia mulai menggambar ranting2 dan bulatan2 kecil untuk mempermanis hanging gardennya. Ini spidol yang saya pake,

image

Spidol kain Crayola

Spidol ini tahan air jadi walo dicuci tidak luntur. Normalnya setelah digambar kain harus disetrika dengan terlebih dahulu dilapisi kain di atasnya. Disetrika bolak balik selama 4 menit. Supaya tinta kering sempurna. Tapi kali ini karena hanging garden tidak untuk dicuci maka gakpapa tidak disetrika. Setelah selesai menggambar, bunga2 cherry blossomnya ditempel dengan lem bakar dan dikasih kancing tengahnya. Terus kain dipasang di pigura dan kain lebihan di belakangnya kami rapikan. Khusus untuk proyek ini kaca pigura tidak kami pasang karena bunga2nya timbul. Jadi tidak bisa dipres dengan kaca. Mungkin seharusnya pake pigura timbul. Tapi gakpapa sementara begini saja.

Jadinya seperti ini nih.

20160531_174530.jpg

birthday gift for Aretha

Tak mau kalah Arrayah pengen juga. Masalahnya saya tidak punya pigura lagi *grin*. Takkurang akal saya ingat ada pidangan kayu yang saya beli kapan itu. Dengan teknik yang sama Arrayah menggambar hanging gardennya. Cuma kali ini kain tidak kami pasang di pigura. Tapi kami pasang di pidangan.

image

Arrayah sibuk menggambar

image

beautiful hanging garden secantik senyum duo A

Wuhuuyyy…cakeeep, secakep senyum duo A. Glad that you both like it.

Melbourne, 31 Mei 2016
Salam

Yarn Market, Pasar Benang

Standard

Waktu masih culun, cita2 saya ke Australia adalah meliat orang nyukur domba dan melihat-lihat per wool-woolan secara Ausi adalah negara produsen wool nomer satu sedunia. Jaman master cita2 ini tidak kesampaian. Baru di awal2 PhD lah saya malah bisa liat Wool Festival. Waktu itu sekitar mid 2012 bareng teman2 saya sesama manusia lab, Anas dan Edwin. Kami bertiga naik V-line menuju Bendigo.

photogrid_1464576882656.jpg

tiga manusia lab, anas, edwin dan saya

Kota kecil ini termasuk salah satu sentra produksi wool di Melbourne. Ada sebuah pabrik penghasil wool bernama Bendigo Woollens Mills di situ. Anda bisa melihat profil sentra ini di http://www.bendigowollenmills.com.au. Berbagai macam benang wool bisa anda liat di situ. Saya sendiri sudah tiga kali ke kota ini tapi kok ya gak mampir pabriknya kekeke….Malah sibuk foto di Sacred Heart Cathedral yang menjadi salah satu daya tarik wisata di kota ini.

fb_img_1464576593655.jpg

saya dan suami saat liburan musim panas 2013

Di festival itu kami liat kompetisi cukur domba, fashion show, craft show sampai cooking show bertema domba.

photogrid_1464576937603.jpg

fashion show baju2 berbahan dasar wool

photogrid_1464577046068.jpg

searah jarum jam : domba gondrong, tangan saya memegang wool hasil cukuran, salah satu pencukur dan lomba mencukur domba

photogrid_1464576980271.jpg

masak memasak domba

It was fun…kami bertiga jalan2 cukup lama menikmati festival wool ini. Akhirnya kesampaian cita2 saya liat cukur domba.

Nah hari minggu kemaren kembali saya mengunjungi sebuah event per-benang woll-an. YARN MARKET di Coburg Town Hall.

20160529_135624.jpg

 

20160529_143134.jpg

bu lemu mejeng duyuu

Di aula gedung ini berjajar-jajar meja penjual berbagai macam benang. Ada yang sudah dipintal ada yang masih berbentuk seperti kapas.

20160529_142559.jpg

gumpalan2 wool yang sudah lebih tertata seratnya

 

20160529_141636.jpg

salah satu stand

Ada yang jual karya2 dari benang wool semacam boneka, topi, syal sampe jaket2.

20160529_142541.jpg

ada juga boneka ayam, domba dan penguin

20160529_141155.jpg

me and Margaret

20160529_141122.jpg

bunga2 pansies hasil crochet Margaret

Ada yang jual tas, kancing lukis dan buku-buku craft.

photogrid_1464577798475.jpg

para pemilik stand, ada yang jual tas, buku dan kancing lukis

Yang paling menarik adalah saya akhirnya bisa melihat alat2 pemintal benang dan paham bagaimana gumpalan-gumpalan wool bisa berubah menjadi benang. Anda coba liat foto di bawah ini

20160529_141834.jpg

gumpalan2 wool berwarna pink dan alat pintal seperti gasing

Ada gumpalan pink seperti kapas. Itu adalah wool yang belum diubah menjadi benang. Nah alat seperti mainan gasing di atasnya adalah alat sederhana untuk mengubah gumpalan itu menjadi benang. Jadi gumpalan wool dipelintir pelintir trus dikaitkan ke alat yang bisa berputar seperti benang. Akhirnya gumpalan2 akan tertarik dan memadat membentuk benang. Bisa diatur ketebalan benang jadi bisa diatur tekstur benang yang dihasilkan.

20160529_141749.jpg

salah satu pemilik stand mengajari cara memintal wool dengan alat semacam gasing

Juga ada alat semacam mesin jahit dari kayu yang kalo pedalnya diinjek bisa muter2 mintal benang.

20160529_142652.jpg

alat pintal benang dengan pedal

Oww…what a great recreation after all those long nights in the lab.

20160529_143441.jpg

Om Dian leyeh leyeh di bawah pohon setelah menemani liat2 benang

Melbourne, 30 Mei 2016
Salam

Buku-buku untuk belajar membuat tas

Standard

Entah apa yang menginspirasi tiba-tiba di pertengahan 2012 saya pengen belajar bikin tas. Awalnya pas saya naik tram, sekilas terliatlah sebuah tas. Saya bahkan lupa bentuknya. Yang saya ingat ada jaitan di tas itu *tentu saja hihihi*. Muncullah kemudian pemikiran mestinya saya bisa membuat tas.

Setiap kali melihat tas apalagi yang bentuk tiga dimensinya rumit, saya berpikir gimana ya bikinnya. Sampai suatu hari ketika ke Spotlight (salah satu toko kain) saya nemu buku cara membuat tas. Waktu itu harganya 30 dolar atau sekitar 300 ribu. Wuiihh…mihil. Tapi karena saking pengennya saya beli saja bukunya. Bukunya berjudul Bags, the modern and classics” karya Sue Kim. Beruntung saya beli buku ini karena dibanding buku-buku yang lain karya Sue Kim ini paling mudah dipahami dan diikuti. Projectnya juga sederhana awalnya. Tidak terlalu rumit. Dimulai dari membuat pouch sederhana, dilanjutkan dengan ditambah resleting, tali atau handle dan asesoris. Mulai dari yang bentuknya kotak biasa 2 dimensi sampai ke tas dengan resleting yang lumayan rumit.

Tapi buku Sue Kim inilah yang menjadi landasan belajar saya dalam membuat tas. Sue Kim sudah memberi pemahaman dasar dalam membuat tas. Pokok sudah bisa dasarnya maka mudah bagi kita memodifikasi tas. Walopun memang masih harus dibantu browsing browsing youtube untuk memahami buku karena kadang tanpa melihat langsung prosesnya sulit bagi kita memahami.

image

Dengan mencontoh buku Sue Kim saya membuat beberapa produk. Seperti ini nih

image

image

image

image

image

image

Cakep cakep kan? Saya buat semua tas di atas ngikut instruksi di bukunya Sue Kim. Masih belum ada yang pake resleting karena memang belum bisa hihihi. Ada instruksinya di buku Sue Kim tapi masih sulit saya pahami. Tetap saya harus browsing di youtube untuk belajar.

Beranjak dari buku ini saya mulai melirik buka Lisa Lam dengan judul The Bag Making Bible. Gaya tulisan Lisa lugas dan gak banyak basa basi menurut saya. Dia ngasih tips trik yang efektif dan efisien dalam membuat tas. Buku ini menurut saya kurang cocok untuk beginner karena foto2nya kurang detail. Selain itu materi di buku ini lumayan komplit jadi tidak semua diterangkan dengan detail. Buku ini lebih cocok untuk yang sudah advance. Lisa Lam menulis bab di buku ini tidak satu tas satu bab, tapi membuat bab berdasar kebutuhan dalam membuat tas. Misal satu bab khusus membuat berbagai macam saku. Satu bab khusus membahas tentang dart, satu bab lagi khusus membahas tentang bahan kain dan kain keras pelapis. Baru kemudian membahas satu persatu cara membuat tas. Bagus bukunya saya suka. Banyak ilmunya cuma mungkin saya tidak rekomendasikan buat beginner.

Ini beberapa tas yang saya buat berdasar buku ini

image

image

image

image

Cakep cakep ya….(*eaaa…muji diri sendiri hahaha)

Yang terakhir, The Better Bag Maker karya Nicole Claire Mallalieu, paling rumit menurut saya. Syulit dipahami huhuhu…Saya tidak menyesal membeli buku ini kok cuma memang butuh ekstra energi untuk memahami. Uda advance menurut saya materinya. Saya coba memahami benar2 tapi belum sepenuhnya bisa terkuasai. Nicole bikin tasnya uda yang keyen keyen punya deh. Di bab awal memang diajari bikin tas dasar seperti tote bag. Tapi selanjutnya saya agak2 tersesat kwkwkw…

Namun dari buku Lisa Lam dan Nicole-lah saya banyak belajar teknik2 rumit dalam membuat tas. Tiga buku di atas menurut saya worth banget buat dibeli.

Oya, di buku tersebut ditulis bahwa segala hak cipta dimiliki penulis jadi kita tidak boleh mengkopi dalam bentuk apapun. Boleh digunakan untuk mengajar namun tidak untuk diperbanyak. Sedangkan untuk desain Lisa Lam membolehkan untuk dicontoh dan dijual tapi untuk skala rumah tangga saja. Kalo Sue Kim dan Nicole Claire membolehkan desain dicontoh tapi mengharuskan siapapun yang menjual hasil jaitannya untuk  menuliskan bahwa desain dibuat oleh Sue Kim dan Nicole Claire.

Pada dasarnya dari tiga buku itulah saya belajar sekaligus memulai bisnis kecil-kecilan saya di FB Ndondomi Store. Kalo buku bahasa Indonesia saya belum nemu per tahun 2012. Saya masih ingat muter2 di Gramedia tapi belum nemu buku belajar bikin tas. Makanya saya mulai belajar waktu nyampe di Melbourne sini.

Olrait…semoga bermanfaat ya infonya.

Melbourne, 30 Mei 2016
Salam

Topi Topi Top

Standard

Umur saya akan bertambah sebentar lagi, tapi entah kenapa saya tak merasa umur itu beranjak dari kisaran 20an. Pertama kalinya saya merasa menjadi seorang manusia dewasa ya di umur 20an itu. Dan menurut saya waktu seakan berhenti di situ. Getting old tentu saja saya alami, tapi feeling old, kadang saya lupa bagaimana rasanya. Sampe kemaren ibu bertanya “berapa umurmu sekarang?”

Hey…saya jd berhenti sejenak. Angka2 beranjak per tahunnya. And indeed angka itu jd banyaaaaak.

But if you can’t grow old in soul, why bother to worry about ageing?

Enjoy life, celebrate it, see more positive, be happy and life will never goes old.

I celebrate this year with my crocheted red hat with flowers on it. Oww…makes me miss my round sunny hat from my kindergarten.

Happy *early* birthday dear me

(Am i so sad that i say happy b’day to my self kwkwkwkw….no its called self-lebration)

image

Melbourne, 23 May 2016
Salam