Monthly Archives: November 2015

Craft hanya untuk perempuan?? Wohoho….coba anda pikir kembali!

Standard
Craft hanya untuk perempuan?? Wohoho….coba anda pikir kembali!

Saya kasih tau satu rahasia ya…tapi jangan bilang-bilang suami saya, rahasianya adalah bahwa mas Dian itu eng ing eng dalam ber-crafting. Pernah satu kali saya minta bantuannya menggunting kertas untuk bikin lentera buat anak-anak, ya Allah melas banget wajahnya. Berjuang sebegitu kerasnya menggunting kertas mengikuti pola gambar lentera kwkwkwkw… Crafting bagi beliau adalah siksaan hahahaha…

Nah, kejadian di atas sering kan kita dapati? Kayak sudah jadi mantra bahwa crafting identik dengan gadis cilik, remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga. There is no room for boys karena cowok itu gak telaten dan gak sabaran.

Sekarang saya kasih tau lagi beberapa rahasia. Kalo ini bukan satu tapi banyaaaak rahasia.

Rahasia pertama :

nano winter

Gambar di atas adalah pemenang lomba Melbourne Center for Nanofabrication tahun 2012 karya teman sejawat saya di Center for Microphotonics (CMP), Faculty of Science, Engineering and Technology, Swinburne University of Technology (lengkap kap kap hahaha). Nama teman saya Gediminas Seutinas asal Lithuania. Kami berdua sering bertemu saat bekerja di Nanofabrication Lab. Gambar di atas dinamai “Nano Winter” sama dia (http://www.swinburne.edu.au/engineering/cmp/research_nanolab.php) .

Struktur semacam pohon-pohon itu adalah Nano Needles of Black Silicon. Jadi ceritanya Gediminas melapisi struktur semacam pohon itu dengan molekul-molekul emas. Pohon-pohon itu sendiri adalah silikon hitam. Apa istimewanya? Istimewanya adalah karena ukuran struktur itu sangatlah kuweciiiiiillll…. Anda lihat garis hitam di ujung kanan bawah gambar? segaris itu mewakili 1 micrometer. Jadi bisa anda bayangkan berapa ukuran pohonnya? Tingginya sekitar 5 micrometer sedangkan lebarnya kira-kira cuma 0.2 mikrometer.

Pertanyaannya, bagaimana Gediminas membuat struktur semacam itu? Anda bisa bayangkan betapa njelimet dan ruwet prosesnya. Plus segala eksperimen yang melibatkan nanofabrikasi (pembuatan struktur ukuran nanometer) membutuhkan tingkat kebersihan dan kejelian yang besaaar karena partikel debu satu saja bisa merusak hasil eksperimen.

Mau tau struktur di atas buat apa nantinya? Struktur di atas termasuk dalam sistem panel tenaga surya untuk meningkatkan penyerapan energi matahari dan juga bisa digunakan untuk membunuh bakteri. Plus menjadi bahan sensor dengan kepekaan tingkat tinggi.

Rahasia kedua :

laser table

Kalo gambar di atas bukan dari pusat studi kami. Gambar itu saya ambil dari website jurusan Fisika Colorado School of Mines (http://www.mines.edu/Physics_GS). Gambar di atas adalah meja khusus untuk eksperimen yang melibatkan laser. Sinar hijau itu adalah sinar laser yang di”olah” sedemikian rupa dengan berbagai lensa dan apperture. Teman-teman saya banyak bekerja dengan segala keruwetan laser seperti di atas. Sayang kalo saya berkunjung ke lab mereka seringnya gelap jadi gak bisa moto. Ada Jelle dari Belanda, Amit dari India, Mohsin dan Arif dari Bangladesh dan buanyak lagi teman dari Cina maupun Eropa. Mereka mengutak-atik laser untuk mengolah nanodiamond menjadi piranti penyimpan data yang kabarnya bisa menyimpan data sepanjang 100 tahun lebih. Wow…

Segala keruwetan di atas juga bisa digunakan untuk menciptakan superresolution microscope. Tak hanya anda bisa melihat sel tapi bisa sampai melihat distribusi molekul-molekul atau partikel di dalam sel sehingga kita bisa mengikuti reaksi sebuah senyawa dalam sel. Berbagai proyek dengan tingkat kejelian tinggi ini ternyata banyak dikuasai cowok. Jumlah cewek di pusat studi saya mungkin hanya 1/4 dari keseluruhan staff dan pelajar di CMP.

Rahasia ketiga :

Saya pernah ikut kuliah professor Sarah Russel yang mempelajari tentang sistem imun dalam tubuh kita. Salah satu mahasiswanya bernama Mukhammad (cowok dong ya…). Dia mempelajari bagaimana satu sel imun bisa berubah fungsi menjadi sel memori atau sel penyerang penyakit. Dia melakukan eksperimen untuk “mengambil” satu sel ditaruh dalam satu kompartemen khusus dan diamati perkembangbiakkannya. Bagaimana Mukhammad bisa memisahkan atau mengambil 1 sel saja dari kumpulan buanyaaak sel? Pake teknologi yang namanya optical tweezer. Jadi dengan sinar laser sel bisa diarahkan bergerak menjauhi teman-temannya. Again, eksperimen ini butuh ketelatenan tinggi dan kejelian yang super. Silakan melihat bagaimana video tentang optical tweezer saat mengarahkan satu sel di  link ini.

Rahasia keempat :

Hampir seperti Mukhammad saya berusaha melihat perkembangbiakan sel dalam jumlah sedikit. Karena sedikit jumlahnya maka saya harus membuat kompartemen dengan ukuran yang mini juga. Ukuran saluran tempat saya mengembangkan sel cuma sebesar sehelai rambut manusia. Bagaimana membuatnya? Melibatkan acara mengintip di balik mikroskop demi mendapat ukuran saluran yang dikehendaki.

hela

Ini hasil karya crafting saya di lab dimana saya akhirnya bisa  mengembangbiakkan sel kanker rahim di saluran yang kuweciiilll. Nah…siapakan orang yang punya keahlian membuat kompartemen2 sel super kecil ini? Ada Daniel Day, seorang post doc di center saya yang ikut memberi konsultasi gratis tentang bagaimana saya bisa membuat kompartemen atau bahasa kerennya microfluidic ini. Daniel tentu cowok kan? Oya ini link hasil crafting saya di lab http://www.aimspress.com/fileOther/PDF/biophysics/20150258.pdf

Jadiii…segala rahasia di atas saya buka demi memberi contoh bahwa ketelatenan dan kesabaran itu tidak melulu punya cewek. Cowok pun punya dan bahkan berhasil ber-crafting di lab. Maka dari itu anggapan bahwa cowok takseharusnya ber-crafting itu salah besar. Bahkan kalo boleh saya menyarankan bahwa anak-anak cowok pun mesti dilatih dari kecil supaya jeli dan telaten. Karena di dunia nyata kejelian dan ketelatenan mereka banyak bicara dalam menciptakan berbagai teknologi mutakhir.

Dan suatu hari saya mendengar alunan musik Jawa yang lembut dan mendayu-dayu….serta seorang lelaki yang dengan cekatan memasang kancing bajunya.

wpid-wp-1447657189475.jpeg

Well, kalo gak kesampaian berkarya di lab paling tidak crafting bisalah untuk basic life skill semacam suami tercinta saya di atas kekeke…

Melbourne, 16 Nov 2015

Hope it inspires

Tips and Trik Belanja Murmer untuk Crafting di Melbourne

Standard
Tips and Trik Belanja Murmer untuk Crafting di Melbourne

First of all, kenapa saya tetap ber-crafting ria walo sedang menempuh PhD yang katanya bagaikan orang bertapa. Mesti sumpah palapa tidak akan menikmati indahnya dunia sebelum lulus. Jawabnya “because PhD should not ruin your life”. PhD bukanlah segala-galanya yang harus merenggut kehidupan sosial maupun kehidupan rekreasional kita. Malah dengan ber-crafting atau berhobi-lah ada media penyaluran stress saat segala eksperimen di laboratorium tidak berjalan lancar. Waktu 4 tahun amatlah sayang dilewatkan hanya karena satu kata….”thesis”. Mungkin benar berhobi serasa menjadi media procastinating alias menunda-nunda pekerjaan. Tapi saya rasa ini tak selamanya benar. Bayangkan jika hidup saya isinya cuma kegagalan di lab, keruwetan bacaan jurnal atau kemandeg-an jumlah kata di thesis, betapa kasiannya saya kwkwkw….Maka bercrafting membuat saya merasa minimal ada prestasi di tengah berbagai kegagalan itu. Daaan…kadang membuat lebih semangat kerja di kampus karena saya mesti memanfaatkan waktu supaya segera bisa njait lagi kekekeke…

Second of all, yang kedua maksud saya, crafting tidak gratis. Ada biaya untuk beli-beli bahan dan alat-alat demi kelancaran hobi. Padahal sebagai mahasiswa dengan beasiswa yang alhamdulillah mepet, mana ada dana lebih untuk hobi??? Jawabnya : suami saya di sini bekerja, jadi saya masih punya devisa cadangan dari tetangga kasur. Selain itu hidup kami ya gak sengsara-sengsara amatlah. Ada lah kalo uang lebih. Jadi ya “dont make rich people difficult” kata teman saya. Gakpapa lah keluar uang demi hobi. Kalo mau serius bisa lho dari hobi menjadi hoki.

Tapi saya paham…kita kan harus hidup sederhana ya. Harus bisa mengatur keuangan jangan sampai hobi malah membuat kita hidup kekurangan. Nah…selama beberapa tahun tinggal di Melbourne akan saya bagi tips trik belanja murah bahan-bahan crafting terutama yang berkaitan dengan ndondomi secara harga bahan-bahan jaitan di sini naudzubillah mahalnya. Misal beli resleting aja di indonesia cuma 5.000 rupiah. Di sini bisa jadi 3 dolar atau 30.000 rupiah. Ngenes kan? Kain rata-rata semeter 10 dolaran alias 100 ribuan. Bahkan ada yang 25 dolaran alias 250 ribuan. Ya Allah….ngelus dada. Padahal kain-kain seperti kain katun jepang kata teman paling di Indonesia cuma 40-60 ribuan. Nah, terus harus bagaimana dong???? Caranya :

1. Rajin-rajinlah ke toko second hand.

Savers, Brotherhood, Vinnies, ini nama-nama toko second hand di Melbourne yang bisa dikunjungi. Mereka biasanya punya bagian “material” atau pernak-pernik untuk jait menjait. Jangan salah kain-kain, resleting, kancing, benang, kain kristik atau bahan-bahan ini bukanlah barang bekas. Biasanya bahan-bahan ini sisa dari proyek-proyek orang jadi masih baru. Kadang ada yang ada cacatnya dikit yang bisa diakali. Saya dapat banyaaaaaak kain dari toko second hand ini. Kain yang kalo diitung-itung semeter jatuhnya cuma 1-2 dolar. Murah kaaaaan?

Memang sih corak dan warnanya tidak se-up to date di toko baru, tapi mayan banget lhooo. Banyak baju-baju saya jait dari kain-kain hasil berburu di Savers atau Brotherhood. Kain 5 dolar bisa jadi rok dan rompi. Kain belacu jadi 1 tas, 3 tutup mesin jait dan masih ada sisa semeteran. Itu cuma 5 dolaran. Murah bianget kaaan?

Kalo alat-alat jait memang biasanya ada yang bekas pakai. Tapi banyaaak juga yang baru. Macam logam-logam cantholan untuk tas kalo beli baru 4 biji harganya sekitar 3-4 dolar, sedangkan saya dapat sekantong plastik isi lebih dari 50 biji cuma 4 dolar saja di Savers. Murah kaaaan?? Benang sulam DMC satu biji 50-80 sen atau 5000-8000, sedangkan saya dapat sekantong benang sulam aneka warna cuma sekitar 4 dolar saja. Udah saya pake untuk ngristik, nyulam jepit, hiasan tas dan berbagai aplikasi lucu-lucu. Juga tersedia buanyaaaak buku crafting yang masih dalam kondisi bagus.

image

image

Jadi jangan kecil hati, pemerintah Australia paham student termasuk kelas miskin di sini, makanya disediakan berbagai toko second hand untuk kita menyalurkan hobi dengan harga murah. See…student life is not that horrible.

2. Rajin-rajin baca Junk Mail atau daftar jadi member toko-toko kain

Ada toko kain besar di Melbourne sini. Cabangnya ada dimana-mana, namanya Spotlight dan Lincraft. Guwedhe bener tokonya. Toko segala ada buat perhobi-hobian mulai dari patchwork, quilting, knitting, crochet, scrapbook, painting dan buanyaaaak lainnya. Kalo masuk toko ini macam masuk surga buat saya. Tidak akan bosan biar berjam-jam ngendon ngider di dalamnya

image

image

Dua toko ini sering ngadakan sale. Pantengin aja katalog mereka kapan ada 40% off atau bahkan 70% off. Tandai mana-mana bahan dan alat yang diincar dan beli pas lagi diskon. Kadang mereka jual kain murmer mulai dari 4 dolaran semeter. Biasanya kain yang di sale ini kain yang sudah tidak diproduksi lagi. Istilahnya discontinued fabric. Mesin jait juga kadang sale. Cuma 99 dolar atau sekitar 1 juta. Jadi kadang kalo lagi rejeki mesin bagus-bagus dijual cuma separuh harga.

Pokok jeli meneliti katalog maka rejeki buat kita-kita yang modis (modal diskon) ini hihihihi…

3. Cari tahu kapan toko kain yang lebih kecil dari Spotlight dan Lincraft mau relokasi atau malah tutup

Biasanya mereka akan dumping stock kain. Dijual muraaaahh…walo satu toko namanya GJ’s fabric tidak melakukan itu hiks hiks. Toko ini benar-benar toko jual mahal karena memang kainnya mahal-mahal. Mereka pindah dari Lygon st ke daerah Fairfield tapi ya gak dumping stock *penonton kecewaaa…*. Tapi harus saya akui memang kain yang mereka jual high quality dan maut-maut indahnya. Jadi ya wajarlah harga mahal.

4. Belanja online

Kalo ini terus terang saya belum pernah melakukannya sendiri. Saya bukanlah seorang online shopper. Jarang banget beli-beli online. Cuma ibu teman saya hobi quilting dan beliau tau toko-toko online biasanya menawarkan  harga-harga lebih murah. Tapi saya tidak bisa banyak membantu euy karena gak tau banyak tentang toko-toko online hehehe… Mungkin pembaca bisa mengeksplore toko-toko online ini dan berbagi dengan saya 🙂

Olrite, so far itu dulu yaa…kalo ada info lain saya apdet lagi blognya.

Selamat berkarya,
Melbourne, 16 Nov 2015
Salam

A for Adek, not for Apple

Standard
A for Adek, not for Apple

Alhamdulillah…akhirnya “train-tram time project” saya yang satu ini kelar. A for Adek, not for Apple.

Seperti yang saya bilang kemaren di post project K not for Kumquat but for Kokok, waktu-waktu bengong di tram atau train bisa jadi waktu berharga untuk menyelesaikan sebuah project. Lagi-lagi satu desain dari buku Stewart-Merret saya selesaikan. Kali ini huruf A untuk nama kecil saya, Adek. Adek yang sudah mbak-mbak ini sejak kecil dipanggil adek oleh saudara maupun orang tuanya. Lingkar keluarga saya yang familiar dengan nama kecil ini.

Awalnya orang tua saya ingin membiasakan kakak saya memanggil adiknya dengan sebutan Adek. Setelah hampir 7 tahun menjadi anak bungsu, tetiba muncullah adik laki-laki saya. Nah, kebingungan pun terjadi saat adik saya memanggil “mbak adek”, sudah mbak kok tetap jadi adik hahaha. Parahnya saya baru tau nama lengkap pas mulai sekolah di SD Banjararum III. Suer sebelumnya saya kira nama lengkap saya Adek Prawirodiharjo hahaha… *ngawur dot com* Ternyata nama saya Zubaidah Ningsih AS. AS itu untuk nama marga saya, Ata Soge, bukan gelar akademik kok kekeke.

Begitu pula adik-adik sepupu saya, kakek-nenek, paman-bibi semua memanggil adek. Hingga akhirnya saya menemukan buku Cross Stich Stewart-Merret ini dan mengabadikannya dalam karya huruf A ini.

So its done, two of our nicknames or Kun-ya bahasa Arabnya, nama kecil kami.

K for Kokok, my husband nickname dan A for Adek my nickname. Nanti kapan-kapan dijadikan satu dalam sebuah patchwork insyaAllah.

Untuk menghilangkan rasa bersalah karena seakan menyia-nyiakan waktu dalam ber-kristik, anda juga bisa membaca dzikir per satu silang yang terbuat. Ya dapat amalan ya dapat kristikan.

image

Hope it inspires!
Melbourne, 5 November 2015
Salam

Suitcase Rummage, jualan ala pasar kaget

Standard
Suitcase Rummage, jualan ala pasar kaget

Ada satu event unik yang saya dapati di Melbourne sini, Suitcase Rummage. Di websitenya ditulis “Suitcase rummage is a mini scaled market with giant rewards; it promises to be everything that is a market without hassle. Its about bringing a suitcase (or two) filled to the brim with your goods and treats”. Bahasa gampangnya gitu pasar kaget, penjualnya mbawa dagangan sekoper atau dua koper. Isinya boleh barang-barang antik, barang-barang second-hand atau pre-loved atau bekas, buku, pakaian atau…..barang-barang hasil kerajinan tangan. Yang terakhir nih yang seru *wink wink* image Dari namanya suitcase rummage artinya “udhal-udhal koper” kekeke… Oke, udhal-udhal itu bahasa Jawa, arti enggresnya gitu mengobok-obok koper. Kwkwkw….jelek amat terjemahannya ya. “Search unsystematically and untidily through something”…nah gitu maksudnya. Jadi mungkin kita para pembeli diajak mencari-cari sesuka hati apa-apa yang sesuai minat. Kalo saya liat suitcase rummage ini semacam pameran atau pasar tak terlalu formal. Nyante aja nggelar dagangan di bawah. Bawa satu dua koper trus digelar  aja di lantai. Bayar spot jualannya juga gak mahal cuma 25 dolar dan satu stall bisa dibagi antar beberapa orang. Murmer. Sangat cocok untuk pedagang handmade pemula macam saya. Tapi yaaa….saya belum ikutan sih hari minggu kemaren. Cuma liat-liat saja. Bareng mbak Ima, mamanya Ilmi, dan Ilmi sendiri kami bertiga pergi ke Atrium di Federation Square. Jalan-jalan liat suasana Suitcase Rummage bulan ini. Oya, pasar kaget ini pindah-pindah lokasinya dan insidental alias tidak tiap minggu ada. Kadang diselenggarakan di Melbourne, kadang di Canberra atau Brisbane. Jadi gak selalu ada. Kemaren saya liat ada banyak mbak-mbak mas-mas bawa koper isi pakaian-pakaian bekas, sepatu, buku, perhiasan, tas dan pernak pernik second hand lain. Di sisi yang lain ada yang nggelar barang-barang handmade. Ada yang jual hasil rajutan, kartu pos hasil nggambar sendiri, perhiasan dari kawat, asesoris dari kertas, bandul kalung dari tanah liat sampai artis penggambar henna. Ada banyaaak. Ada juga stall khusus menjual hasil karya ibu-ibu dari negara berkembang yang sengaja diimport ke Melbourne sini. Sayang saya gak berani ambil-ambil foto karena untuk pameran atau jualan handmade kadang penjual keberatan kalo kita moto-moto. Tapi beberapa penjual memberi kartu nama sehingga kita bisa mengunjungi websitenya dan bisa melihat foto-foto hasil karyanya. Contohnya yang satu ini http://www.dpmine.com. Saya ambilkan screenshot tampilan websitenya ya…keren keren asesoris dari kertasnya. Unik dan menarik. image Kalung di atas dibuat dari kertas dan manik-manik. Bagus bangeeeettt…. Well, saya belum berani (*lagi lagi…) untuk jualan produk sendiri tapi semoga pasar kaget ini bisa segera memicu saya memulai hihihi… image More information bisa anda kunjungi website suitcase rummage di http://suitcaserummage.com.au. Siapa tau bisa menginspirasi mahasiswa-mahasiswa untuk menyelenggarakan pasar-pasar kaget seperti ini. Bisa menjadi wadah jualan barang di kosan pas sudah harus meninggalkan Malang. Kali bermanfaat buat mahasiswa baru yang pengen berhemat beli-beli barang kebutuhan. Kayak gayung ember di kosan kan masak mo bawa pulang kampung? Jual murmer aja ke mahasiswa baru. Plus bisa lebih ramah lingkungan lhooo….Daaann…bisa jadi ajang memupuk jiwa kreasi dan jiwa usaha dengan jalan mudah dan murah. Kali punya karya hasil sendiri yang bisa dijadiin uang.

Hope it inspires.

Melbourne, 2 November 2015

Salam