Monthly Archives: January 2014

Lets make the rainbow necklace :)

Standard

Ah..senangnya saya dapat kesempatan mengajari anak2 Indonesia di sekitaran Brunswick untuk berkerajinan tangan. Kemaren sore sepulang ngelab saya cepet2 menuju kompleks kos-kosan saya jaman S2 di daerah Avenue-Coburg. Ceritanya saya mbuka kelas crafting untuk anak2 sementara para ibunya ikut pengajian di kompleks yang sama. Acara crafting for kids ini diadakan di rumah salah satu teman saya ngajar TPA di sini, mbak Anisah, sementara ibu2nya ngaji di rumah mbak Sinta membahas pengalaman salah satu teman yang alhamdulillah sudah menunaikan kewajiban haji.

Peserta kelas crafting saya beragam umurnya jadi agak sulit menyamakan craft yang ingin dibuat. Untuk yang kelas kinder, prep dan awal SD saya ajak mereka membuat kalung, gelang dan jepit dari kain flanel. Gampang saja bikinnya. Saya siapkan pola bunga dari kertas karton yang bisa dijiplak anak2 di kain flanelnya. Lalu kain dipotong sesuai pola. Supaya meriah bunga dibuat dari kain flanel berbagai warna. Selanjutnya bunga2 ini dirangkai dengan tali supaya menjadi kalung. Bunga digunting sedikit bagian tengahnya sehingga bisa dimasuki tali. Jadi deh kalungnya. Lihat nih para model kecil yang dengan bangga memakai kalung hasil karya mereka.

Image
Sedangkan gelang dibuat dari cara yang sama, hanya saja bukan tali yang dimasukkan bagian tengah bunga tetapi kain flanel berbentuk tali panjang. Salah satu ujung tali diberi kancing lucu sesuai pilihan anak2 sedangkan ujung tali lainnya digunting dikit sebagai lubang kancingnya. Jadi kali mau make gelang tinggal dipasang di tangan trus ujungnya dikancingkan. Beberapa anak menambahi kancing di tengah bunga di gelangnya sehingga gelang jadi makin cantik.

Kalau hair clip dibuat dengan membuat bulatan2 berbagai ukuran dari kain flanel. Warnanya pun beragam supaya menarik. Selanjutnya saya ajari anak2 menyulam bagian tengah bulatan2 ini. Agak2 challenging karena beberapa anak masih baru pertama kali memegang jarum dan benang sehingga harus ekstra sabar. Ada yang salah memasukkan jarum sehingga benang malah membelit bulatan2 kain flanel sehingga terpaksa saya potong benangnya. Ada juga yang dengan sabar mengikuti instruksi menyulam dari saya dan berhasil membuat ulet2an (maaf saya tidak hapal nama teknik sulam ini). Awesome. They learn so fast. Ini gambar beberapa anak yang berhasil membuat gelang, kalung dan jepit.

ImageImage

Namun untuk anak2 yang lebih besar malah saya gagal mengajari hahaha…Saya mengajari mereka membuat bros dari resleting dan membuat alfabet dari kain flanel. Too bad menurut mereka teknik menjahit/menyulam yang satu ini too complicated. Sehingga pada akhirnya mereka bilang “can we continue it later?”, yang artinya “aku udah gak mau nglanjutin” kwkwkwkw… Takpapa, ndondomi memang butuh kesabaran ekstra. Apalagi untuk para boys, gatot alias gagal total hahaha…mereka lebih memilih untuk “play outside” :p. Ini sedikit gambaran kelas crafting saya kemaren sore.

Image

Image
Akhirnya saya malah mengajari teman saya, mbak Sri dan Mbak Rini untuk membuat bros dari resleting and they seem really happy with what they could make that evening.

ImageAlhamdulillah bisa nularkan sedikit ilmu. Jadi ingat awal2 saya belajar dondom saat masih TK dan SD. Guru saya adalah ibu saya dan bibi2 saya yang telaten2 menjahit dan menyulam. Time flies, sekarang sudah berganti saya yang ngajari anak2. Lebih seneng lagi kata teman saya anaknya so excited tentang pengalamannya crafting sampe langsung ditulis di diary. Oww…jadi terharu…

Hope all of you enjoy the class ya kids.

Melbourne, 11 Januari 2014
Salam

Chicca’s Bag

Standard

Chicca tetangga saya yang baik hati dan tidak sombong, mau pulang for good juga ke Indonesia. Sebagai kenang-kenangan saya membuatkan ibu satu ini tas santai untuk jalan2. Tas ini terinspirasi dari karya Lisa Lam yang dinamai “Bucket Bag”. Lia adalah penulis buku Bag Making Bible yang terkenal. Artikel tentang membuat tas ini dimuat di majalah Homesty Sewing tahun 2010. Namanya beli majalah bekas maka harus terima apa adanya. Pattern yang harusnya tercantum di majalah ini sudah hilang hiks hiks…jadi saya harus mengira2 sendiri bagaimana pattern untuk membuat tas ini. Ini gambar bucket bag karya Lisa Lam.

Desain tasnya simple, jadi mudah saja saya mengira ngira patternnya. Cuma baru kali ini saya membuat tas dengan handle dari bias binding yang harus ekstra hati2 masangnya supaya keliatan rapi dari depan belakang. Well, sebuah tantangan baru secara saya jarang memakai bias binding untuk handle tas. Juga karena tas didesain bisa dibolak balik maka saya harus ekstra hati2 untuk menjahit supaya rapi baik dari sisi luar maupun dalamnya. Hiasan bunga tidak bisa saya tiru 100% karena saya tidak punya alat bikin bunganya hehehe..jadi saya bikin sendiri bunga sebisa saya. Tas ini model bukaan tanpa resleting. Maka untuk faktor keamanan barang2 berharga maka saya tambahkan saku di dalam tas ber-resleting supaya aman untuk menyimpan hape atau dompet.

Dan ini dia satu sisi tasnya,

ImageImageImage

Sedangkan sisi tas yang satunya sebagai berikut :

ImageImageImage

Hope Chicca loves the bag.

Melbourne, 4 Januari 2014
Salam

Mbak Ida’s Bag

Standard

Kali ini saya dapat pesanan dari teman saya, mbak Ida. Beliaunya ingin sling bag yang cukup besar untuk wadah laptop dan berbagai tetek bengek lainnya. Berawal dari melihat tas pesenan Siska, mbak Ida pengen juga punya tas dari bahan denim. Dihiasi dengan aplikasi dari kain bergambar kulit kerang dan daun. Juga aplikasi tulisan khas down under “G’day”. Mungkin mbak Ida pengen punya memori tentang Melbourne yang diejawantahkan di tasnya.

ImageImage

Image

Model sling bag mbak Ida kali ini simple saja. Model tas klasik, kotak saja. Flap tas ini dibikin kecil menutupi hanya sepertiga badan utama tas membuat desain tas lain dari biasanya. Bagian dalam tas terbuat dari kain katun warna hijau cerah yang membuat tas terkesan segar. Dilengkapi dengan saku di dalam tas yang ber-resleting, tas ini memberikan ekstra keamanan untuk benda2 berharga yang ingin dibawa dalam tas. Juga resleting utama menambah ekstra rasa aman secara di Jakarta nanti mungkin mbak Ida harus berhati-hati dalam membawa barang2. Terlebih lagi di flap tas saya tambahkan magnetic snap supaya flap bisa tertutup rapat. Sip, dobel2 pengamanannya :p

ImageImage

Yang susah dari desain ini adalah bahannya saudara2. Bahan denim memberi kekuatan di body tas tapi setengah mati dijahitnya karena tebal. Beruntung saya sudah dibelikan mesin jait baru sama mas Dian yang dilengkapi walking foot dimana dengan adanya asesoris ini maka mesin mampu menjait berlapis2 kain yang sulit dijahit pake mesin biasa. Wuuuiihh…alhamdulillah kelar juga proyeknya. Dan pagi ini tas akan ikut mbak Ida terbang pulang ke Indonesia karena masa studi mbak Ida sudah selesai di Melbourne ini.

Selamat jalan mbak Ida, semoga ilmunya bermanfaat di sektor perpajakan Indonesia :).

Melbourne, 4 Januari 2014
Salam

Si Owlisius dan Si Hedhog

Standard

Suatu kali saya pengen bikin softies, boneka2 hewan dari kain2 perca. Di GJ’s fabric, toko kain di dekat kontrakan, banyak terpampang boneka2 hewan yang lucu2. Seneng deh liatnya. Ada landak, kangguru, kuda dan banyak yang lainnya. Di toko ini dijual pattern untuk membuat softies. Lumayan juga harganya, satu pattern kira2 $15 an. Pattern ini biasanya berisi pola yang bisa kita pake sebagai petunjuk pemotongan kain serta instruksi tahap demi tahap pembuatan softies. To be honest saya pengennya beli pattern ini, tapi apa daya stipend beasiswa sepertinya lupa memasukkan komponen anggaran untuk hobi kekeke… Jadi ya cari cara murah meriah saja untuk belajar membuat softies.

Ternyata banyak banget free pattern untuk softies di internet. Kita tinggal donlot dan perbesar saja pattern sesuai ukuran softies yang kita inginkan. Banyak banget kok situs2 penyedia free pattern untuk softies. Juga ada instruksinya. Contohnya ini :

http://tipnut.com/sweet-softies/

Di situs situ terangkum situs2 yang memuat 30 jenis free pattern untuk softies. Banyak kan? Dan kebanyakan situs2 ini juga memuat cara pembuatannya dilengkapi foto2. So gak usah bayar $15 mari kita nge-net saja hehehe… Masih banyak situs2 lain yang bisa di-googling untuk belajar bikin softies. Beberapa situs memberi pernyataan tentang copyright karya dimana kita bisa meniru tapi tidak untuk diperdagangkan. Ada juga yang membolehkan diperdagangkan tapi tidak untuk produksi masal. Nah ini diingat-ingat saja jika kita ingin menjual karya2 yang diinspirasi oleh situs2 tersebut.

Dan juga saya mempelajari dulu hukum Islam dalam membuat boneka yang meniru makhluk2 bernyawa. Ternyata gak sebebas yang saya kira hehehe…Dari pemahaman saya akhirnya saya mengambil keputusan bahwa saya akan membuat softies hanya untuk anak2 dan menghindari membuat yang sangat mirip dengan ciptaan Allah. Bahkan saya mulai menghindari menyimpan boneka2 untuk saya sendiri secara sebenarnya saya suka tidur bareng boneka2 hahaha….Ya sud, direlakan saja bonekanya diambil oleh anak2 yang main ke rumah.

Dan…ini dua softies yang berhasil saya bikin. Si Owlie dan Si Hedhog. Si Owlie sekarang sudah menjadi teman bermain Sabrina dan diberi nama lengkap Owlisius. Sedangkan si landak menjadi hadiah ulang tahun Nadia dan diberi nama Si Hedgi. Satu lagi saya bikin si Owlie dan jadi boneka mbak Nasnastasia, dia masih terhitung anak2 juga kwkwkwkw…

Hope kids love the softies.

Image

Melbourne, 3 Januari 2014

Salam

 

 

Blub blub…a new apartment for the fishes

Standard

Entah dapat wangsit dari mana tiba2 saya pengen punya akuarium. Kira2 akhir tahun 2010 saya mulai sibuk berbelanja pernak pernik akuarium. Awalnya abah saya membeli 2 pot besar untuk teratai mini di depan rumah. Karena ada kolam mininya, maka saya punya ide beli ikan kecil2 ditaruh di dalam pot ini. Baguuuuss banget, jadi di sela2 akar teratai saya bisa liat ikan berlalu lalang. Suatu sore tetangga saya main ke rumah dengan anaknya yang masih TK. Saya ajak anak ibu ini lihat2 ikan di pot saya. Berbinar2 matanya.

Besoknya sepulang dari kampus saya liat teratai di pot saya sudah jungkir balik keluar dari potnya. Air dalam pot hampir habis dan keruh. Daaan, ikan2 saya raib saudara2. Astaghfirullah…apa yang terjadi? Saya kepikiran kucing mungkin mengasah insting berburunya dengan mengaduk2 pot dan memakan ikan2 saya. Ah, ya sudahlah, besok bisa beli ikan lagi. Saya isi lagi pot bunga itu dengan air dan saya atur kembali teratainya.

Tak lama kemudian, rumah kami mendapat kunjungan. Seorang ibu dengan anak kecil membawa baskom. Ibu saya yang menemui tamu ini karena saya masih sibuk di belakang. Sayup2 saya dengar “Bu, mohon maaf ya…ini anak saya diajak teman2nya ngambil ikan di pot ibu. Ini ikannya kami kembalikan. Mohon maaf sekali lagi ya bu…Ayo, minta maaf sama ibunya, kamu harus janji tidak mencuri lagi”. Hahahaha….ternyata binar mata anak2 bermakna lain dengan yang saya kira. Dan saya menyesal telah menggoda iman anak2 kecil tadi sehingga mereka mengambil ikan2 di pot saking pengennya mereka punya ikan. Benernya tidak apa2 ikan itu dimiliki anak tadi, tapi ibunya bersikeras mendidik anaknya untuk tidak mencuri sehingga ikan2 itu saya taruh kembali di pot teratai.

Namun dari kejadian ini saya kepikir untuk tidak menaruh ikan di pot daripada nanti jadi petaka lagi. Nah, mulailah saya melirik karir sebagai pemelihara ikan di akuarium. Saya dapat hibah akuarium dari Nongki, adik ipar saya. Berbelanja berdua kami membeli ikan mas koki yang gemuk minul minul. Apa daya ikan2 ini mati dalam semalam saja hahaha…gagal total. Kemudian tak putus asa saya merengek rengek ke abah minta dibelikan akuarium. Tak dinyana, abah malah bermurah hati membelikan saya akuarium besaaaar kira2 semeteran panjangnya. Lengkap dengan meja, lampu, filter, pasir hiasan dan tentu saja ikaaaaaan. Hampir tiap minggu saya membeli ikan ke pasar hewan Splendid Malang. Akuarium itu sampai penuh sesak. Saya data tiap2 jenis ikan di daftar warga RT penghuni akuarium. Ratusan jumlahnya kwkwkwkw…Dan karena terlalu padat maka acara makan memakan antar ikan pun terjadi. Ikan2 kecil saya habis dimakan ikan besar. Juga ada acara kejar mengejar karena ternyata beberapa ikan buas terhadap temannya sehingga mulai berguguranlah ikan2 itu. Warga RT penghuni akuarium mulai wafat satu persatu. Sampai akhirnya dengan sedih saya harus meninggalkan akuarium itu karena saya harus sekolah lagi ke Melbourne. Sediiiih…kabarnya ikan2 saya mati semua dan akuarium di rumah sekarang kosong. Hiks hiks…so sad. Well, tidak apa. Kata suami saya karir ber-akuarium bisa dilanjutkan nanti sepulang sekolah. Malah kalo bisa bikin akuarium ikan air laut. Wuuiihh…ambisius kekekeke.

Nah, rejeki ternyata gak kemana. Pas saya ngecek FB saya, ada info seorang teman akan pulang ke Indonesia. Dan…meninggalkan akuarium kosong yang siap dihibahkan. Wuuuiihh…mekar jaya hati saya. Langsung saya kontak untuk menyatakan interest saya memanfaatkan akuarium tersebut. Alhamdulillah…si empunya akuarium baik banget. Saya dikasih gratis akuarium, filter, pakan ikan, obat white spot bahkan sampai hiasan2 dalam akuarium. Tak besar ukuran akuarium ini, kecil saja mungkin 40 cm x 30 cm x 20 cm. Tapi bungah sebungah-bungahnya hati saya.

Tapi namanya hidup di kontrakan tak bisa sebebas di rumah sendiri. Karena kami tinggal hanya sementara di Melbourne ini sampai saya lulus sekolah, maka rumah kami ya seadanya saja. Tidak banyak pernak pernik hiasan rumah. Juga barang2 yang ada tidak di set yang serasi warnanya. Barang2 kami kebanyakan barang hibahan murah meriah tak serasi tak seirama kwkwkw…jadi ya asal berfungsi saja. Apalagi sibuk sana sibuk sini membuat rumah saya lebih sering acak2nya dibanding rapihnya kwkwkw. Namun rumah haruslah rumah, tempat kami menempatkan hati supaya nyaman dan tenang. Saya pikir tak ada salahnya menghias sedikit2. Toh diitung2 lama juga tinggal di kontrakan ini.

Maka, saya mulai melirik 2 keranjang bekas botol2 susu yang saya tak tahu bagaimana sejarahnya bisa nangkring di rumah saya. Dua keranjang ini cukup kokoh kalo dijadikan base akuarium. Saya tumpuk dua keranjang ini kemudian saya ikat pake lakban supaya stabil gak goyang2. Ada juga protholan meja gambar yang entah juga asalnya dari mana. Saya lepas baut2 di lempengan kayu meja gambar ini sehingga tersedialah selembar papan yang bisa saya taruh di atas tumpukan 2 keranjang.

Image

Setelah itu saya ukur dimensi base akuarium ini dan mulailah saya bikin kain penutup. Saya desain bagian depan supaya bisa dibuka tutup sehingga selain berfungsi sebagai base akuarium, struktur ini juga bisa dimanfaatkan sebagai rak2 untuk menyimpan pernak pernik akuarium.

Image

Dan untuk mempermanis, saya hias penutup rak dengan tulisan “blub blub” menirukan suara ikan dalam air. Maksud hati ingin mencoba blanket stitches yang ada di mesin jahit baru saya. Apa daya tangannya masih belum luwes sehingga aplikasi di tutup rak ini malah belepotan jaitannya kekekeke…Tak apalah, masih manis dilihatnya. Yuhuuu..akhirnya jadi juga apartemen baru buat si ikan2 yang lebih anti gempa secara sebelumnya akuarium ini saya taruh di kursi sofa yang agak2 rawan gempa kekeke…

Hope you enjoy your new home ya ikan-ikan. Sebesar harapan saya untuk lebih feel hoomy di Melbourne sini.

Image

Semoga tulisan ini menginspirasi anda untuk memanfaatkan barang2 tak terpakai di rumah 🙂

Melbourne, 2 Januari 2014

Salam.