Monthly Archives: April 2016

Gulungan-gulungan kain

Standard

Pagi ini saya mengerjakan order tas yang saya jual online di toko maya saya “Ndondomi Store” di FB. Setelah ikut bazaar Kamus Iman kemaren masuklah beberapa order tas. Mumpung libur Anzac Day maka mulai saya kerjakan ordernya. Sesuai arahan mas Dian yang dulu pernah kerja di pabrik tas di Semarang, maka proses produksi baiknya dimulai dari menggunting kain semua dulu, baru njaiiiiiiit semua trs masuk finishing dan quality controlnya. Cieee…quality control, yang ada juga saya mbatin aduh ini miring jaitannya, yaaa..ternyata masih ada yang bolong belum kejait atau bahkan ya Allah salah jait hahaha….yuk mari dedel duwel duluuuu…

Setelah motong kain sesuai pola untuk beberapa tas, saya kumpulkan segala pernak-pernik untuk tiap-tiap tas. Dalam satu paket ada kain bagian luar, bagian lapisan dalam, resleting, kancing magnet tali sampe gesper dan kain keras. Tiap-tiap tas saya jadikan satu menjadi sebuah gulungan. Semacam ini.

image

Gulungan-gulungan kain ini tetiba membawa saya ke kenangan masa lalu. Saat saya masih TK. Ibu saya seorang pegawe konveksi. Beliau mengambil jaitan ke seorang pengusaha pengekspor baju-baju untuk dalam dan luar negeri. Tiap dua atau tiga hari sekali ibu pergi ke Jalan Lokon daerah sekitar Dieng Plaza Malang. Menemui Om dan Tante kata ibu. Mereka berdua pengusaha keturunan Cina. Saya pernah ketemu dengan mereka kala ikut mengambil jaitan. Si Tante cantiiik orangnya, sedang si Om tambun suka pakai singlet doang.

Kata ibu mereka orang baik, karena mau memberi kesempatan ibu saya belajar menjait sampe terampil. Waktu itu abah saya masih kuliah, tidak bekerja sehingga uang kembang kempis. Ibu saya masih muda dan sudah punya anak dua, saya dan kakak. Karena terjepit kebutuhan hidup maka ibu mencari-cari cara supaya tetap bisa bertahan sampe akhirnya abah saya lulus kuliah dan jadi PNS. Sampailah ibu ke usaha konveksi si om dan tante ini.

Ibu dulu sering cerita kalo om tau ibu tidak terlalu bisa menjait. Tapi om mungkin juga butuh penjait sehingga ibu dikasih juga jaitan. Disuruh belajar bahkan kadang diajari supaya jaitannya lebih bagus. Awal menjait ibu saya sempat putus asa. Sering menangis saking tak bisanya menjait. Tapi karena tuntutan ekonomi maka ibu tetap berusaha, dan akhirnya bertahun-tahun ibu kerja dengan om dan tante ini. Sampe saya SMP sepertinya.

Setiap kali pulang dari rumah om ini, ibu membawa gulungan kain. Saya ingat waktu itu ibu harus menjahit baju warna putih dengan hiasan bordir dan renda. Ternyata untuk summer dress diekspor ke luar negeri. Tiap kali gulungan dibuka saya akan melihat dengan takjub. Ada berbagai kancing dan renda. Apalagi kalo baju anak-anak. Banyak pernak pernik. Ada kancing berbagai warna dan bentuk, ada aplikasi lucu lucuuuuuu dan renda cantik cantiiik. Saya diperbolehkan main dengan kancing dan renda tapi tidak boleh sampai hilang karena semua sudah dihitung pas. Bahkan ketika ibu meminta saya membantu maka saya gak malas-malasan tapi senaaang sekali. Membantu apa? Sekedar menggunting benang-benang obrasan untuk memisahkan potongan-potongan kain. Ada bagian depan baju, lengan, kerah, rok dan bagian belakang. Kadang saya juga membantu memasang kain dan mengelim bagian lengan, krah atau bawah rok. Kadang saya suka baju yang ibu jahit. Maka kalo lebaran ibu biasanya “nempil” baju yang saya suka ke om, baju model balon atau dengan aplikasi rumah jamur yang tetap saya ingat sampai sekarang.

Dan gulungan-gulungan kain pagi ini mengingatkan kembali ke kenangan masa kecil saya. Ke masa pertama kalinya mengenal jait menjait. Dan tentu mengingatkan saya pada ibu, yang sementara ini masih nun jauh di sana. Tak hanya jaitannya yang diekspor, tapi anaknya pun sekarang sedang diekspor hahaha….

Bismillah..semoga lekas bisa pulang dan memeluk ibu.

Melbourne 25 April 2016
Salam

Multicultural Women’s Sewing Group

Standard

Melbourne, terutama daerah Brunswick tempat saya tinggal adalah lingkungan yang vibrant dan multikultur. Banyak orang datang dari berbagai negara. Ada orang Itali, Somali, India, Perancis, Spanyol, Pakistan, Cina, Korea dan masih buanyak lainnya. Di dekat kontrakan saya ada dua jalan yang terkenal, Sydney Road dan Lygon street. Dua jalan ini ramai dimana berbagai restaurant dengan menu mancanegara banyak berjajar-jajar. Saya pernah makan di resto Maroko, India, Thailand, Itali, Timur Tengah, Malaysia, Pakistan, Jepang, Vietnam, Turki, Amerika Selatan dan tentu saja Indonesia. Halal lagi restaurannya. Seru kan? Bahkan tiap tahun diadakan festival di Sydney Road dengan menampilkan berbagai macam kebudayaan masing-masing bangsa. Ada pertunjukkan drum Afrika, tari hula-hula dari Hawaii, goyang tari perut dari tim-teng dan tentu saja tari Saman dari Indonesia. Rancak banar.

Nah menyikapi berbagai ragam bangsa dengan berbagai latar belakang dan budayanya, maka pemerintah Ausi sini menyediakan beberapa neighbourhood house atau macam balai desa di tiap-tiap wilayah. Di neighbourhood house ini ada berbagai kegiatan yang mewadahi dinamika warganya. Contoh nih ada Brunswick Neighbourhood House (BNH) di wilayah kecamatan (council) saya. BNH menawarkan beragam aktivitas mulai dari nari, belajar komputer, melukis, belajar bahasa Inggris sampe belajar membuat gerabah. Dan tentu saja…..jreng jreng jreng….SEWING alias menjahit. Hahahaha…pasti anda mbatin “sudah kudungan (baca kuduga)…..pasti ada njait-njaitnya”

Yes, ada njaitnya. Coba nih saya kasih skrinsut promo kelas menjahit di BNH. Cuma $3 saja bisa ikut kelas njait menjait. Cuma memang di kelas ini katanya tidak ada sistem guru-murid begitu, tetapi ketemu ngobrol-ngobrol sharing tentang njait menjait. Istilahnya gitu rumpi-rumpi bermanfaat, Social Sewing Group istilahnya. Saling membantu tukar pengalaman dalam menyelesaikan proyek-proyek jaitan. Gini nih iklannya.

image

Seru kan? Seandainya saya tidak harus ngelab pasti sudah sering ngendon di acara di atas. Sayangnya di siang hari saya harus menjelma menjadi manusia lab sehingga acara jait menjait bisa saya lakukan di rumah kalo malam. Sampe suami saya bilang “eh tuh tetangga pada gak bisa tidur lho denger suara mesin jaitmu. sudah bubar bubar udah jam 12 malam” Hihihihi…

Nah, pagi ini saya yalan-yalan ma suami dan seorang teman. Mau makan siang ceritanya. Eh ketemu festival kecil gitu di area parkiran di sekitar Sydney Road. Ada satu stand yang menarik hati.

image

Yes, Multicultural Women’s Sewing Group. Saya tau anda mbatin “eeeaaa…njait lagi” hahahaha. He eh, njait lagi. Masuklah saya ke stand itu. Sebuah stand yang ternyata isinya hasil hasil karya ibu-ibu yang belajar menjahit.

image

image

image

image

Ada quilt, baju, tas, boneka, hiasan dinding, dompet dan buanyak lagi yang lainnya. Ternyata di sebuah gereja di Brunswick ini ada kegiatan belajar menjahit bersama. Ada gurunya dan beberapa relawan yang membantu mengajari atau sekedar menjaga anak-anak saat ibunya belajar menjahit. Gratis kalo di grup ini. Kalo gak salah dulu jaman master saya sudah pernah ke gereja ini menanyakan tentang program menjahit. Sayangnya lagi pas gak ada kelas kalo gak salah. Jadi belum jadi ikutan.

Ternyata kegiatan menjahit ini sudah dimulai sejak tahun 1995 lalu. Ketika itu ada beberapa ibu-ibu dari Somali (kebanyakan para pengungsi) yang ingin belajar menjahit. Dari situlah kegiatan ini dimulai. Di leaflet yang dibagikan tertulis bahwa kegiatan ini untuk berbagai agama walaupun kegiatannya di gereja. Bahkan awalnya dimulai dari keinginan ibu-ibu Somali yang saya rasa kebanyakan adalah muslim. Kristenisasi??? 😆😆😆. I dont think so, they just care about others regardless of what their faith is. Because Moreland fully welcomes refugees. Begitu kalo gak salah slogan kecamatan tempat saya tinggal ini.

Ok, lets talk about the sewing. Di kelas ini ada guru, namanya Laura dan Jennifer yang membantu Laura. Mereka mengajari siapapun yang mau ikut belajar ketrampilan menjahit mulai dari bikin hiasan dinding, tas sampai baju. Ada juga saya lihat tadi hasil menyulam. Bahkan katanya mereka menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah setempat dan gerakan sosial lainnya. Beberapa hasil menjait juga sudah mulai dipasarkan.

Selain menjahit, kegiatan ini juga membuka peluang siapa saja untuk bisa memperlancar bahasa Inggris, bisa belajar masing-masing budaya maupun untuk wadah bagi para pecinta kegiatan volunteering. Ini leaflet lengkapnya.

image

image

Kelasnya dilaksanakan tiap Rabu jam 12.30 – 3.00 pm dan Sabtu 2.30 – 4.30 pm di Brunswick Baptist Church Hall 491 Sydney Road, Brunswick. Untuk lengkapnya anda bisa klik link website sewing group ini di http://sewgroup.blogspot.com.au. Ada banyak cerita di blog mereka.

Saya terharu bahwa menjahit bisa menjadi media gerakan sosial di lingkungan yang multikultural ini. Bahkan menjadi media membantu para pengungsi dalam memulai kehidupan mereka. Sepertinya saya mesti berkunjung melihat kegiatan mereka sebelum pulang nanti. Dan semoga saya bisa menginisiasi gerakan yang serupa sekembalinya di tanah air. Aamiin aamiin aamiin.

Melbourne, 23 April 2016
Salam

Rathdowne Fabrics and Remnants

Standard

Oww…kibas kibas blog, lamaaa banget gak saya apdet. Kerjaan di lab bikin stress. Dua target program PhD saya alhamdulillah sudah tercapai, nah yang ketiga subhanallah susahnya tercapai. Setahun sudah saya berusaha menyelesaikan target ini tapi sampai sekarang belum tercapai. Perfusion cell culture for spatiotemporal study, mengembangkan sel dalam saluran sebesar rambut manusia dimana media mengalir terus menerus dengan pola frekuensi tertentu. Subhanallah susahnya……. Terus menerus mencoba tapi belum juga tercapai. Arrrgghh….Lahaula wa la kuwwata ila billah.  Allahumma yassir walaa tu’assir “Ya Allah, permudahkanlah urusanku dan janganlah Engkau persulit”. Aamiin aamiin….

Nah, supaya gak terlalu edan mikiri riset dan thesis maka saya refreshing (or procastinating???) njait menjait lagi. Saya ikut bazaar Kamus Iman dimana beberapa tas dan boneka saya buat. Bareng teman saya Illin yang jago bikin boneka crochet, saya buka lapak NDONDOMI. Sudah 3 kali ini saya ikut bazaar, mencoba dunia wirausaha, mencoba ikut merasakan sensasi menunggu datangnya rejeki dari Allah lewat tangan para pembeli. Alhamdulillah ada saja rejeki. Beberapa tas dan boneka saya laku. Bahkan beberapa order sudah masuk. Eng ing eng…..ayo ayo semangat ngerjakan thesis dan ngelab biar cepat bisa pulang dan njait hihihi…

Terus apa hubungannya dengan Rathdowne Fabrics and Remnants? Begini, tempat kos saya di Melbourne sini termasuk daerah tengah kota. Banyak toko-toko dan ramai tempatnya. Ada dua toko kain favorit di sekitar kontrakan saya. Satu Spotlight dan dua GJ’s fabric. Tapi itu duluuuu….karena entah ini nasib atau apa dua toko ini pada pindah semua. Huaaaaa….why oh why???? Jauh sekarang dari kontrakan saya. Gakpapa sih bisa dicapai dengan mobil. Pak Dian setia mengantar saya ke toko-toko kain itu. Lha kok mobil kami bulan lalu tewas. Mati ti ti gak bisa diselamatkan kata teknisinya. Sedih banget harus berpisah dengan mobil pertama kami. Mobilnya mesti diderek dan jadi besi tua. Bye bye mobil.

Walhasil….jauhlah sudah para toko kain favorit. Eits..ternyata enggak lho, ada satu toko kain yang kok bisa luput dari radar saya. RATHDOWNE fabrics and remnants, cuma 4 stop tram dari kontrakan saya. Cukup lengkap koleksinya. Macem-macem kainnya mulai dari kain katun, denim, lycra, nilon bahkan sampe kain korden. Ada banyak remnants atau kain-kain potongan sisa kain glondongan bahkan ada potongan kulit asli. Kancing, pita, perlengkapan njait pun ada. Lumayan lengkap kap kap.

I love it love it love it. Alhamdulillah deket lagi, bisa jalan kaki saja ke sana. Yesss….langsung jatuh cinta. Bisa sebentar melihat warna warni kain untuk melupakan sejenak riset dan thesis.

Jadi buat yang tinggal sekitaran Brunswick, kalo perlu kain datang aja ke toko ini. Alamatnya di 154-158 Victoria Street Brunswick VIC 3056 Australia. Websitenya  http://rathdownefabrics.com.au/ dan fotonya ada di bawah ini.

image

image

Selamat berbelanja dan berkarya!

Melbourne, 19 April 2016
Salam