Monthly Archives: January 2016

5000 poppies project

Standard

Akhirnya saya ikut gerakan Yarn Bombing, sebuah gerakan membuat karya dari benang yang membawa sebuah pesan sosial. Saya ikut 5000 POPPIES PROJECT.

Awalnya saya terkesima melihat permadani terbuat dari buanyaaak bunga-bunga poppy dari benang. Waktu itu seperti biasa saya transit di Flinders st station untuk selanjutnya naik kereta jurusan Lilydale, Blackburn atau Belgrave menuju kampus saya di Glenferrie. Sesaat turun dari tram mata saya tertumbuk pada bentangan permadani merah yang menutupi pelataran Federation Square di depan Flinders st station. Wow…

image

image

Beruntungnya saya nemu mas-mas gundul-gundul dari Indonesia yang sedang study tour di Melbourne saat itu. Jadi bisa minta tolong difotoin bareng bunga-bunga tersebut *grin*

Nah, penasaran saya ingin ikut terlibat dalam proyek tersebut. Sebelumnya sempat saya melihat ibu-ibu sedang merangkai bunga-bunga poppy dari benang menjadi permadani di Town Hall Melbourne. Waktu itu saya tidak tau untuk apa bunga-bunga tersebut. Ternyata bunga-bunga poppy ini dibuat untuk memperingati Anzac Day. Anzac Day itu semacam hari pahlawan di Australia sini. Mereka memperingati keberangkatan pasukan Australia dan New Zealand untuk membantu Inggris dalam perang khususnya perang dunia I.

Tak dinyana beberapa bulan kemudian saya melihat lagi kegiatan bertema poppy ini di Federation Square. Sama seperti sebelumnya, ketika transit di Flinder st station saya melihat ibu-ibu asyik merajut membuat bunga-bunga poppy. Ikutlah saya dalam kegiatan itu. Carol dan Susan, dua ibu yang menjadi pegiat 5000 poppies project ini mengajari saya bagaimana membuat bunga poppy.

image

image

Dari situlah saya terlibat dalam gerakan 5000 poppies.

Ternyata gerakan ini diinisiasi oleh Lynn Berry dan Margaret Knight. Keduanya adalah seniman yang telah lama berkutat dengan rajut-merajut. Orang tua Lynn dan Marg sama-sama ikut terlibat perang dunia kedua di PNG dan Eropa. Tahun 2014 mereka membuat 120 rajutan bunga poppy yang ditancapkan di 14/32nd batallion’s tree in the Avenue of Honour di monumen Shrine of Remembrance untuk mengenang ayah mereka. Beberapa orang ternyata tertarik bergabung membuat poppy. Tak hanya satu tapi buanyaaak termasuk saya.

Akhirnya gerakan membuat poppy ini dilanjutkan sampai terkumpul 100.000 bunga poppy yang dijadikan permadani dan dipajang di Federation Square di tahun 2015. Kini gerakan ini mengusung pesan sebagai wujud penghargaan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam perang, konflik maupun usaha menciptakan perdamaian dunia. Tak hanya dari Australia, tetapi juga dari berbagai belahan dunia lain bunga-bunga poppy terus berdatangan.

Sampai kemudian target gerakan ini direvisi. Tak lagi di Melbourne, bunga-bunga poppy akan dibawa dan digelar di RHS Chelsea Flower Show 2016 di London bulan Mei tahun ini. Selain dijadikan permadani, bunga poppy juga akan ditancapkan di tanah mengenang kembali munculnya bunga poppy sesaat setelah perang dunia I berakhir.

Di bawah ini gambaran bagaimana nantinya permadani bunga poppy digelar di Inggris.

image

image

Saya sendiri waktu itu berpikir bahwa perang seharusnya diakhiri. Tak hanya kita mengenang semua pihak yang terlibat (baik lawan maupun kawan) tapi sudah selayaknya kita menjaga perdamaian. Perang akan membawa kesusahan untuk siapapun. Di kancah perang sebenarnya sudah hilang siapa kawan siapa lawan saat seseorang meregang nyawa. Pun tak terkira kesedihan keluarga yang ditinggalkan dan kerusakan yang ditimbulkan.

Berbekal keinginan tersebut saya ajak teman-teman untuk bergabung dalam gerakan ini. Selain sebagai usaha menjaga perdamaian, kami ingin menunjukkan bahwa Islam tidaklah selalu identik dengan terorisme dan perang. Kami menyampaikan ketertarikan untuk terlibat sekaligus menyampaikan pesan bahwa kami perduli pada korban perang dan ingin perdamaian tetap terjaga. Islam is peace.

image

photos by Illian Deta

image

photos by Mbak Niniel

Lynn Berry dan Susan McDougall menyambut baik niatan kami. Minggu kemaren kami berkumpul di MPavillion Queen Victoria Garden untuk saling belajar merajut sekaligus berbincang-bincang. Pada kesempatan itu kami serahkan 221 bunga poppy dari tim PAisyah dan 80 bunga poppy dari tim teman-teman di Perth di bawah komando Mbak Niniel. Poppy kami melengkapi 300 ribu bunga poppy yang sudah terkumpul sampai saat ini.

image

To all crafter dari PAisyah Ima Ilmi, Ima Galur, Hani, Lia, Lina, Sekar, Josi, Anisah, Illian, Dharma, Dewi, mbak Niniel dan tim (Mbak Tris dan rekan rekan dari Perth) bravo tim!!. Semoga tersampaikan pesan kita.

Dan spesial untuk mbak Niniel matur nuwun sanget sudah diajari rajut merajut.

Blog gerakan 5000 poppies ada di sini https://5000poppies.wordpress.com/

Melbourne, 25 Januari 2016
Salam

Pillow Case Aretha

Standard

Ada yang pengen belajar njait nih, si nona kecil Aretha. Kemaren dia minta ijin mamanya untuk main ke rumah, mau membuat sarung bantal. Ceritanya Aretha punya bantal empuk tapi sarungnya dari kain denim yang tebel. Gak enak buat bobo’ katanya. Makanya dia pengen ke rumah buat pillow case.

Baiklah kami pilah pilih nih kain di rumah. Ada kain selimut pink sisa tante Tiwi di rumah dan juga sisa bed sheet warna marun yang cocok. Plus hiasan cupcake dari kain flanel. Aretha pengen bikin sarung bantal dengan hiasan di pinggirnya. Jadi kain marun akan dijadikan lipit-lipit sebagai hiasan pinggiran bantal. Baiklah mari kita mulai.

Pertama Aretha mengukur dimensi sarung bantal sesuai bantal yang ingin dibungkus. 48 cm × 48 cm nih dimensi bantalnya. Lalu aretha mengukur kain dan mengguntingnya. Oya, Aretha menyiapkan 3 potong kain. Satu kain ukuran 48 x 48 cm untuk bagian depan dan dua kain ukuran 33 x 48 cm untuk bagian belakang.

image

Mengukur, menggunting dan jadilah 3 lembar kain

Skema cara membuat bantal ada di gambar di bawah ini. Kotak hitam (1) untuk bagian atas, kotak merah untuk bagian belakang. Kain bagian belakang ( 2 dan 3) akan membentuk bukaan untuk sarung bantal. Kain sengaja dilebihkan supaya bisa ditekuk dan saling tumpang tindih supaya bukaan bantal rapi.

image

Lalu Aretha menyiapkan kain panjang untuk rumbai-rumbai bantal. Kali ini Aretha belajar teknik pleat (lipit-lipit). Dia memotong kain selebar 10 cm dengan panjang kira kira 2,5 kali keliling sarung bantal. Jadi panjang kain sekitar 4 x 2,5 x 48 cm. Aretha memotong 5 lembar kain ukuran sekitar 50 x 10 cm seperti gambar di bawah. Kain-kain ini kemudian disambung membentuk kain panjaaaaaang seperti pita.

image

Memotong lipit

Aretha pengen menghias bantalnya dengan aplikasi cup cake yang sudah saya buat. Cup cake pengen ditaruh di dalam kotak-kotak gitu. Maka dia memilih jenis jahitan yang dia inginkan di mesin Brother NS30 saya. Oya, mesin brother ini sangat child friendly secara gak usah pake pedal untuk menjalankannya. Mesin ini punya 70 jenis jaitan, 1 step button hole dan tombol-tombol operasi yang menggantikan pedal. Ada tombol on off untuk mulai dan berhenti menjahit, tombol back stitch, tombol naik turunnya jarum plus tombol pengatur cepat lambatnya laju jaitan. Jadi anak-anak lebih bisa mengatur jaitan hanya dengan memencet tombol tombol ini.

image

Mengatur cup cake dan menjahit garis garis di bagian depan bantal

Nah, masuk kemudian ke bagian yang menarik nih, membuat lipit. Aretha saya ajari membuat lipit dengan cara menekuk kain lipit 1 cm ke dalam. Jadi kain semacam di”cubit” sedikit sehingga membentuk lipit.

image

Aretha membuat lipit. Kain ditekuk ke dalam sedikit k

Aretha membuat lipit lipit yang panjaaang untuk sekeliling bantalnya. Tugas saya kemudian menggabungkan semua bagian. Jadi bagian depan bantal yang sudah dihias saya tata menghadap ke atas. Terus lipit saya tata di atas bagian depan bantal. Lipit menghadap ke dalam. Selanjutnya kain bagian belakang bantal saya taruh di atasnya. Kain bagian belakang menghadap ke bawah. Jadi semacam membuat sandwich dengan bagian bagus kain saling berhadapan. Bagian lipit dijepit diantara bagian depan dan belakang sarung bantal. Selanjutnya saya jait pinggirnya untuk menyatukan ketiga bagian.

image

Sesudah itu sarung bantal dibalik. Taraaaa….jadilah sarung bantal pink yang kata Aretha “its so fluffy and soft”. Dia bahagia sekali bisa jait menjait sekaligus membuat sarung bantalnya.

image

image

Aretha dan Arrayah

Selamat bobo’ nyenyak Aretha. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi ibu2 yang pengen mengajari putra putrinya menjahit 🙂

Melbourne, 21 Jan 2016
Salam

Sewing For Kids with NDONDOMI

Standard

Oww…bahagianya saya dapat undangan mengisi School Holiday Program di salah satu Family Day Care di Brunswick sini. Teman saya, Ibu Diah, punya usaha Family Day Care, jasa penitipan anak-anak. Kebanyakan teman-teman yang sekolah di sini punya anak usia sekolah yang butuh dititipkan saat orang tuanya ngampus atau kerja. Bu Diah menawarkan jasa tersebut dengan mendirikan RedBlossom Family Day Care di rumah kontrakan beliau.

Ceritanya anak-anak sedang liburan sekolah di sini tapi orang tuanya tidak libur. Jadi anak-anak ikut School Holiday Program di rumah Ibu Diah. Saya diundang untuk mengisi di sana. Jadilah pagi jam 10-an berbondong-bondong saya angkut segala perlengkapan lenong menjahit ke rumah Mbak Diah.

Mesin jahit Brother NS 30, beberapa kain perca, jarum, gunting, meteran, pita, kancing dan benang saya bawa. Rencananya anak-anak mau saya ajak bikin bandana, sarung bantal dan rok boneka. Lumayan banyak anak-anak yang datang pagi itu. Ada Laras, Malik, Naura, Khadija, Maryam, Bening, JJ, Afifah, Aisyah dan Yusuf.

Pertama-tama saya ajak anak-anak melihat baju yang mereka kenakan. Melihat jahitan sepanjang celana, manset atau bagian depan baju mereka. Saya kenalkan fungsi mesin jahit yang menyatukan bagian lengan dengan bagian badan. Bagaimana cara mesin jahit menyatukan? Lewat jahitan halus yang terlihat di baju mereka. Anak-anak saya ajak membayangkan bagaimana kalo seandainya harus memakai baju hanya dari 1 kain besaaar tanpa dipotong-potong. Tentu sulit bergerak karena tangan jadi kesrimpet-srimpet. Juga kaki jadi sulit bergerak kesandung-sandung. Oleh karenanya kain harus dipotong-potong supaya menutupi badan tapi tidak mengganggu pergerakan tubuh. Nah di sini letak penting mesin jahit yang menyatukan potongan-potongan kain. Selain itu anak-anak juga saya ajak melihat barang-barang di sekitar yang dibuat menggunakan mesin jahit. Mereka menyebut baju, tas, jaket, kerudung.

Selanjutnya saya mulai kenalkan bagian-bagian mesin jahit. Tentu saja tidak selengkap saat menerangkan ke ibu-ibu. Saya terangkan bagian terpenting mesin yaitu jarum dan tombol-tombol operasi. Juga dua benang dari sisi atas dan bawah mesin jahit yang menyatukan kain dari sisi atas dan bawah.

Karena mesin jahit melibatkan jarum yang tajam, maka keselamatan di sekitar mesin jahit saya kenalkan kepada mereka. Rule number one, no sewing without adults supervision. Rule number two, hands should stay away from the needle. Rule number three, always turn off the machine after use.

Next, saya mulai bagi kain perca ke anak-anak. Aisyah dan Afifah membuat head ban. Laras dan Bening membuat rok untuk boneka barbienya. Malik membuat sarung bantal dengan hiasan robot. JJ dibantu bu Diah membuat kantong mainan. Sebelumnya mereka saya ajari mengukur dengan pita ukuran dan menggunting kain. Lalu mulailah satu-satu mengoperasikan mesin jahit dan menyelesaikan proyeknya.

image

Ini tangan-tangan mungil para penjahit cilik

image

Mengukur, memotong kain, menjahit dan tadaaaa....jadilah head ban

It was fun to teach those cutie little kids.

image

Dan ini bu guru Zu dengan para penjahit cilik dengan proyek masing-masing

Alhamdulillah…semoga barokah ilmunya. Makasih ibu Diah yang sudah mengundang saya 🙂

Melbourne, 8 Januari 2016
Salam