Category Archives: Teknik Menjahit

Menu satu ini berkaitan dengan berbagai teknik menjahit yang ingin saya bagi dengan para pembaca. Terkadang sebuah proses pembuatan hasta karya melibatkan tips trik khusus yang tidak tercakup dalam menu lain di blog saya. Oleh karenanya saya membuat satu kategori lagi yang berkaitan dengan teknik atau cara yang saya gunakan dalam proses pembuatan karya. Juga penjelasan sebuah alat jahit beserta cara memakainya. Semoga membantu bagi pembaca yang sedang belajar menjahit.

Pattern Making Short Course RMIT

Standard
Pattern Making Short Course RMIT

Menjelang lebaran kemaren lengkap sudah 10 minggu kursus yang saya ikuti. Kursus Pattern Making yang diselenggarakan oleh RMIT University. RMIT merupakan salah satu universitas di Melbourne sini dengan ciri khas keunggulannya di bidang textile dan desain. Slogannya “A global leader in Fashion and Textiles”. Sepertinya tempat yang cocok untuk menimba ilmu.

image

Yang saya sesali adalah kenapa baru tahun ini saya ngeh sama short course ini. Tau gitu udah dari jaman master saya bisa nimba ilmu per-njaitan. Buanyak topik yang ditawarkan mulai dari kursus menggambar desain baju, memilih kain, membuat pola, pecah pola sampe kursus menjahit baju itu sendiri. Rata-rata durasi kursus 5-10 minggu dengan biaya kursus 400-700an dolar per paket. Untuk lengkapnya bisa kunjungi website
http://www.shortcourses.rmit.edu.au.

Awalnya saya dan ibu-ibu anggota pengajian seputaran Brunswick pengen belajar njait bersama-sama. Tiap sabtu beberapa ibu-ibu kumpul di rumah saya belajar njait mulai dari yang basic banget bikin sarung bantal sampai ke level intermediate sudah bisa bikin tas. Suatu kali ada salah satu anggota grup njait ini menawarkan memberi kelas membuat gambar desain baju. Mbak cantik Wulan yang ngasih materi. Mbak Wulan ternyata ikut kursus menggambar desain baju di RMIT. Dari beliaulah saya dapat info tentang berbagai short course di RMIT. Mulailah saya milah milih kursus yang saya inginkan.

Duluuuu saya pernah ikut kursus bikin pola sampe menjahit baju di kursus modes Aliyah di Malang. Tepatnya di dekat rel kereta api atau bahasa kerennya jomplangan sepur Arjosari. Saya ikut kursus menjahit kelas dasar di bawah asuhan Ibu Aliyah dan Ibu Asih. Metoda yang dipakai amazingnya sama dengan metode yang dipake ibu saya jaman kursus dulu kekekeke…Tiap minggu saya datang kursus mulai dari mengambil ukuran, membuat pola, memotong kain sampe menjahit baju. Kursus menjahit ini di bawah Departemen Tenaga Kerja jadi pas akhir masa kursus saya mesti ujian kompetensi. Dalam sehari saya harus motong kain sampe jadi baju. Alhamdulillah lancar dan dapat sertifikat lulus ujian dari Depnaker. Dengan sertifikat ini saya sudah boleh membuka kursus menjahit lhoo….asyek nggak siii??? Kelas menjahit saya ini sebenarnya ditujukan untuk umum tapi kebanyakan yang ikut anak-anak putus sekolah. Saya sekelas dengan anak lulusan SD, SMP, SMA dan ibu-ibu rumah tangga. Ada yang selepas kursus dapat kerjaan di konveksian. Ada yang dapat kerjaan di butik. Sedangkan saya selepas kursus gak ngapa-ngapain cuma njait sesuka hati hihihi…

Nah, berangkat dari pengalaman ini saya pengen banget bisa belajar metode lain dalam membuat pola baju. Kursus di Aliyah Modes menurut saya belum bisa memuaskan rasa ingin tau kenapa harus pake garis ini itu dalam merancang pola baju. Kursus di Aliyah Modes hanya nyonto buku tanpa saya paham mengapa dan kenapa harus begini begitu. Jadilah saya memilih short course Pattern Making di RMIT. Weladalah ternyata saya salah milih kursusan hahaha….

Kenapa salah? Karena ternyata di topik ini saya tidak diajari cara ngambil ukuran dan itungan dalam membuat pola. Ternyata di topik ini sudah disediakan pola dasar yang disebut block dengan ukuran semisal S, M, L, XL atau 10, 12, 14 dan seterusnya. Yaaa…penonton kecewa. Ternyata untuk kursus mulai dari mengambil ukuran sampe membuat pola harusnya saya ngambil topik Pattern Drafting bukan Pattern Making. Jika ingin belajar teknik membuat pola dari awal dan customized macam di butik maka Pattern Drafting akan lebih cocok. Kalo Pattern Making sepertinya lebih ke pecah pola dan untuk skala industri Takpapa…harus tetap dilanjutkan. Apalagi kursus ini disponsori suami saya sebagai hadiah ulang tahun. Maju terus dong yaaa…

Dan….alhamdulillah…it was a great experience. Saya malah dapat ilmu baru yang lebih advance dibanding ilmu hasil kursus sebelumnya. Di topik pattern making malah saya diajari pecah pola. Bagaimana memodifikasi pola dasar (block) menjadi berbagai pola baru sesuai desain yang diinginkan. Awesome…saya seneeeeeng bangeeeeet. Saya diajari teknik memahami desain dan bagaimana menuangkan desain itu ke pola 2 dimensi secara kalo motong kain kan 2 dimensi. Saya belajar cara bikin rok bergelombang, rok ada yoke-nya sampe rok putri-putri duyung itu. Diajari mindah kupnat dari yang biasanya di pinggang jadi ke leher, ke samping atau ke bahu. Juga teknik modifikasi celana, lengan dan baju. Oya, kursus ini juga membuka mata saya bahwa penggaris untuk bikin pola itu banyaaaaak. Satu yang direkomendasikan guru saya adalah French Ruler. Penggaris ini multi fungsi sehingga bisa mencakup fungsi-fungsi penggaris lain. Selain itu saya diajari cara komunikasi si pattern maker (si pembuat pola) dengan penjahitnya karena kursus ini mempersiapkan seseorang untuk menjadi pembuat pola baju skala besar misal di konveksian atau pabrik-pabrik garmen.

image

Tentu saja berbeda sekali 2 kursus kursus yang saya ambil yang artinya makin banyak dong ilmu per-njaitan yang saya dapatkan. Di akhir kursus RMIT mengirimi saya sertifikat tanda bahwa saya pernah kursus pattern making bersama mereka. Jika anda berminat mengambil kursus menjahit baju di RMIT maka disarankan mengambil 3 topik supaya dapat ilmu secara keseluruhan yaitu Pattern Drafting, Pattern Making dan Drappery. Drappery ini teknik bikin baju tanpa jahitan macam kalo kita makein baju ke manequin itu lhooo…. Secara saya gak punya banyak anggaran untuk kursus ini maka saya putuskan membeli buku saja untuk belajar pattern draftingnya. Kata guru saya buku karangan Winifred Aldrich lumayan bagus. Baiklah…markibung mari menabung buat beli bukunya.

Semoga sharing ini bermanfaat.

Melbourne, 21 Agustus 2015
*sembari nunggu coating PDL di 6 well-plate di lab, markiblog mari kita ngeblog*

Salam

Aplikasi tidak pake tusuk feston lagi

Standard

Waktu itu saya jalan-jalan ke toko GJ’s fabric dekat kos-kosan. Waktu belum pindah maksudnya. Sekarang tokonya sudah pindah agak jauh dari rumah. Sedih euy. Nah pas liat-liat kain saya tertarik ke berbagai softies (boneka-boneka dari kain) yang mereka pajang. Lucu-lucu bangeeet. Ada landak, kuda, kangguru dan lainnya.

Perlahan saya amati aplikasi yang disematkan di softies-softies itu. Aplikasi semacam hiasan mata, idung atau bibirnya. Biasanya nih, kita pake teknik aplikasi dengan tusuk feston untuk menempelkan hiasan-hiasan ini. Tapi ternyata softies di GJ’s fabric ini gak pake teknik tersebut. Wah…penasaran nih. Saya amati bener bonekanya. Usut punya usut ternyata teknik yang dipake adalah menempelkan aplikasi ke wajah boneka dengan menggunakan jahitan paling aluuuuuusss.

Kalo kita menjahit, biasanya panjang jahitan bisa kita atur mau serenggang atau serapat apa. Untuk teknik bikin ruffle atau rumbai-rumbai biasanya kita pake jarak jahitan renggang-renggang. Kebalikan dari teknik bikin ruffle, maka teknik aplikasi kali ini pake jahitan dengan jarak jahitan paling deket atau paling rapet. Misal mesin anda ada setelan jarak jahitan maka bisa distel ke jarak jahitan terkecil. Biasanya semakin kecil nomer yang ditunjukkan tombol pengatur jarak jahitan maka makin rapat jahitannya.

Saya pake mesin jait singer dan brother. Dua mesin ini ada tombol pengatur jarak jahitannya. Kali ini saya pake jarak jahitan paling rapat di sekitaran angka 1 dan 2. Keuntungan teknik aplikasi pake jahitan rapat adalah sebagai berikut :

1. Karena jarak jahitan rapat maka resiko kain terburai akan menurun. Kain aplikasi akan rapat menempel di kain dasar sehingga kuat jahitannya. Kalopun terburai maka buraiannya akan berhenti tepat di jahitan yang rapat.

2. Karena jahitan rapat, maka mesin akan berjalan lambat sehingga kita bisa dengan luwes meliuk-liukkan jahitan sesuai bentuk kain aplikasi. Jadi gak usah kuatir walo bentuknya sangat detail dan sulit. Dengan berjalan pelan maka kita bisa dengan lebih leluasa mengatur arah jahitan.

3. Menjahit dengan mesin tentu saja lebih cepat daripada dengan tangan. Jadi teknik ini lebih efisien dibanding jahit tangan.

Tapiiii…ada kelemahannya nih…

1. Karena jahitan sangat rapat maka kalo salah jahit runyam sudah proses mbongkarnya.

Apalagi ya? So far masih itu kelemahan yang saya temukan.

Saya sudah coba nih bikin aplikasi pake teknik ini. Ceritanya saya mau ikut lomba yang diselenggarakan perusahaan mesin jait Brother. Nama programnya Brother Inspires. Gimana proyek-proyek crafting dari fesbuk Brother bisa menginspirasi kita membuat pernak pernik penghias studio jahit di rumah.

Well saya gak punya studio khusus njait maka pengenlah ikutan challenge ini. Hadiahnya maut lagi, 10.000 dolar bisa kita dapatkan untuk proyek menghias studio jahit kita. Plus ada pendampingan dari ahli interior studio njait. Semangatlah saya.

Proyek contoh dari Brother yang saya contoh adalah bikin bantal kursi pake teknik All tied up cushion. Bentuknya gini :

image

Terinspirasi dari contoh itu saya bikin bantal kursi bertema kupu-kupu. Badan kupu-kupu saya bikin pake teknik aplikasi menggunakan jahitan rapat seperti yang saya terangkan di atas. Sedangkan knot seperti di bantal kursi di atas saya pasang menjadi antena kupu-kupu. Seperti ini nih…

image

Keliatan gak jahitan aluuuus sepanjang badan kupu-kupu? nah itu teknik aplikasi yang saya praktekkan. Sedangkan sungutnya kupu-kupu saya bikin meniru teknik all tied up-nya brother. Oya taklupa sebelum dijait, badan kupu-kupu sudah saya lapisi kain keras yang paling tipis supaya agak kaku. Hasil akhir kayak gini nih.

image

Gak menang sih akhirnya *huaaaaaaaa*. Tapi crafter sejati gak boleh nangis. Harus teuteup keukeuh berkarya.

Siap!!! Lanjutkan karyanya!!!

Semoga menginspirasi

Melbourne, 20 Agustus 2015
Salam

Memasang pelipit

Standard

Oke, sekarang ke tahap bagaimana memasang pelipit ke bahan jaitan. Tutorial ini dibuat ketika saya sedang menjahit tas untuk laptop saya. Hasil akhirnya seperti ini.

WP_20140802_007

Anda perhatikan bahwa pinggiran tas laptop ini saya beri pelipit dengan lebar kira-kira 1 cm. Selain itu bagian saku di tas laptop ini juga saya pasangi pelipit.

WP_20140802_006 WP_20140802_005 WP_20140802_004

Saya akan mulai dengan cara memberi pelipit ke bagian dalam tas dimana kain motif bunga saya beri pelipit kuning. Demikian juga dengan bagian saku yang sedianya saya jadikan tempat menyimpan kabel charger. Saya membuat dari kain kuning yang diberi pelipit kain motif bunga. Pada bagian ini mudah saja kita memasang pelipit karena saku bentuknya memanjang tanpa pojokan. Maka saya memasang pelipit menggunakan mesin jahit tanpa jahit tangan. Bagaimana caranya?

1. Karena saya ingin jahitan pelipit terlihat dari depan, maka saya memasang pelipit dari bagian belakang saku. Mengapa?   Karena dengan demikian maka pelipit akan terjahit di bagian belakang terlebih dahulu dan selanjutnya separuh bagian kain pelipit saya tekuk ke depan. Intinya adalah kita menjepit bahan jaitan sehingga tertutup dari dua sisi oleh pelipit. Jika kita ingin jahitan terlihat dari depan maka kita mulai menjahit pelipit dari belakang. Jika kita ingin jahitan tidak terlihat dari depan maka kita jahit pelipit dari depan.

WP_20140801_018 puterWP_20140801_021

Coba anda perhatikan foto di atas baik-baik. Kali ini saya ingin memberi pelipit di kain motif bunga dimana bagian depan adalah kain motif bunga sedangkan bagian belakang adalah kain polos kuning (kain yang sama dengan pelipit). Pelipit saya tempelkan dengan kain polos kuning. Bagian bagus kain polos kuning bertemu dengan bagian bagus pelipit. Bagian jelek pelipit berada di atas sedangkan bagian depan kain motif bunga berada di bagian bawah. Tentu anda masih ingat bukan bahwa setelah disetrika akan ada 3 garis yang membagi pelipit menjadi 3 bagian sama lebar. Jarum pentul menunjukan posisi awal jahitan. Saya menjahit lurus sesuai garis terluar pelipit. Jangan lupa menjahit maju-mundur di awal dan akhir jahitan sehingga jahitan aman dan tidak mudah lepas.

2. Setelah terjahit, baliklah kain pelipit sehingga sekarang bagian bagus kain (kain motif bunga) berada di bagian depan.

WP_20140801_023Selanjutnya tekuk kain pelipit mengikuti garis-garis pelipit. Tekukan pertama dan kedua pelipit akan berada di bagian bawah (menempel di kain kuning polos) sedangkan tekukan ketiga dan keempat akan menempel ke bagian kain motif bunga.

WP_20140801_024WP_20140801_025

3. Jahit kain pelipit dari atas dengan memastikan bahwa kain pelipit bagian bawah tidak ikut terjahit. Ini bagian yang cukup sulit karena jarak jahitan di atas tidak boleh terlalu jauh dari pinggir kain pelipit namun tidak boleh menindih kain pelipit di belakang. So, little bit tricky. Saya meraba-raba kain pelipit bawah saya demi memastikan bahwa jahitan tidak menindih. Dan tidak berhasil saudara-saudara. Bagian belakang pelipit saya masih tertindih hahaha…takpapalah, toh tas buat dipake sendiri :D. Cara memasang pelipit ini saya praktekkan untuk memasang pelipit di saku tas laptop saya. Hasilnya seperti foto di bawah ini.

WP_20140801_027

Oke, lalu bagaimana cara memasang pelipit sekeliling tas laptop saya?

Cara memasang pelipit sekeliling tas laptop sama dengan cara memasang pelipit seperti saya jelaskan di atas. Karena pelilpit dipasang mengelilingi tas laptop maka ada pertemuan antara ujung-ujung pelipit. Untuk merapikannya maka pertama kali kita memasang pelipit ujung kain kita lipat ke dalam seperti pada foto di bawah ini. Setelah pelipit dijahit sekeliling tas, maka ujung terakhir kita pasang bertindihan dengan ujung awal yang telah kita tekuk. Jadi saat kita tekuk dua kali pelipit mengikuti garis-garis hasil setrikaan, maka pertemuan ujung pelipit ini akan rapi.

WP_20140801_034 WP_20140801_039

Jika pada keterangan di atas pelipit yang sudah ditekuk selanjutnya dijahit, maka untuk pelipit sekeliling tas laptop tidak saya jahit tetapi saya jahit tangan. Mengapa? karena pelipit ini harus meliuk-liuk mengikuti sekeliling tas laptop sedangkan pada bagian saku, pelipit saya pasang lurus saja. Dengan menjahit tangan maka hasil pelipit bisa lebih rapi dan tidak kelihatan jejak-jejak jahitan. Cara menjahit tangan pada dasarnya sama dengan cara menjahit dengan mesin. Hanya saja dengan jahit tangan kita bisa menjelujuri ujung pelipit sehingga menempel dengan badan tas laptop namun jejak jahitan bisa kita minimalisir dengan cara “mencubit” sedikit saja kain pelipit dan menyembunyikan benang di dalam pelipit itu sendiri. Semoga foto di bawah ini bisa memberi gambaran cara “mencubit” pelipit.

WP_20140802_001 WP_20140802_002

Dan, jadilah tas laptop dengan pelipit di sekelilingnya 🙂

WP_20140802_012Semoga tulisan ini dapat membantu anda belajar memasang pelipit.

Melbourne, 14 September 2014

Salam

Menyiapkan pelipit

Standard

Bahasa inggrisnya “bias binding”, bahasa Indonesianya “pelipit”, kain tambahan yang digunakan untuk mempermanis pinggiran sebuah jahitan. Bisa dipasang di pinggir taplak, tas, dompet, sarung bantal bahkan baju. Itulah topik kali ini.

Dulu ibu saya yang mengajari bagaimana membuat pelipit. Dengan metode ini, dibutuhkan keahlian tinggi untuk mengira-ngira apakah jahitan atas dan bawah tidak saling menindih pelipit. Terus terang sampai sekarang saya belum bisa melakukan ini kekeke…entah kenapa pelipit saya selalu tidak serapi hasil ibu dan mencang mencong. Oleh karenanya seneng banget ketika bisa menemukan cara baru memasang pelipit. Memang lebih ribet dibanding cara ibu, tapi sepertinya tingkat keberhasilannya lebih tinggi :p

Pertama-tama saya siapkan kain yang akan dijadikan pelipit. Kain ini berupa kain yang tidak terlalu lebar tetapi panjang. Misalnya anda ingin membuat pelipit selebar 1 cm, maka lebar kain yang anda butuhkan sekitar 4 cm sedangkan panjang kain disesuaikan dengan panjang atau keliling pinggiran yang ingin kita beri pelipit. Jangan lupa sisakan sekitar 5 cm untuk tekukan di ujung pelipit supaya rapi.

Kedua, kain saya lipat menjadi dua dan saya setrika. Jadi ada garis tepat di tengah-tengah sepanjang sisi panjang kain. Selanjutnya salah satu pinggir kain saya lipat lagi dimana ujung kain bertemu dengan garis tengah yang sudah saya buat. Demikian juga dengan sisi satunya, saya lipat ke dalam sehingga bertemu dengan garis tengah. Jadi saya punya dua tepi kain yang bertemu di garis tengah.

10578013_10152359848076799_779851497_n

Kain dilipat menjadi dua (foto kiri) selanjutnya disetrika (foto kanan)

10599544_10152359866576799_5113022790131691205_n(1)

Tepi kain ditemukan di tengah-tengah (foto kiri) dan selanjutnya disetrika (kanan)

Ketiga, saya katupkan kedua sisi kain yang sudah tertekuk ke bagian tengah. Jadilah saya punya pelipit selebar 1 cm yang siap saya pasangkan ke jahitan. Prinsip dari ketiga tahap ini adalah kita punya garis-garis yang membagi pelipit menjadi 4 bagian yang sama lebar. Garis ini yang akan menjadi pemandu kita dalam menjahit pelipit sehingga rapi.

WP_20140801_015

Sebenarnya ada mesin yang diciptakan untuk membuat pelipit secara otomatis tanpa kita harus menyetrika manual seperti tahap di atas. Jadi kita tinggal memasukkan kain yang ingin kita jadikan pelipit dan mesin ini yang akan otomatis membagi kain. Tapiiii…harganya mahal hiks hiks. Saya cek masih seharga $165 dan belum turun-turun mulai saya menginjakkan kembali kaki ke benua kangguru ini sampai sekarang. So, menabung dulu yang rajin untuk membelinya.

Sebelum lanjut ke bagian bagaimana memasang pelipit ke bahan jahitan, mungkin ada pembaca yang ingin bertanya bagaimana jika kain yang akan kita pakai sebagai pelipit kurang panjang? Tentu saja kita harus menyambung kain sampai mencapai panjang sesuai kebutuhan. Ada beberapa tips yang ingin saya bagi dalam mempersiapkan bahan pelipit.

1. Potonglah kain menyerong, jangan memanjang. Jadi jika anda punya selembar kain, maka jangan digunting mengikuti panjang dan lebarnya. Potonglah secara diagonal. Mengapa? Karena jika kain dipotong diagonal, maka serat-seratnya akan mudah mengikuti bentuk bahan yang dipelipit dibanding serat kain horizontal maupun vertikal. Misal anda harus membuat tas laptop yang berbentuk kotak. Di pojok tas, pelipit anda harus dengan luwes bisa mengikuti bentuk belokan. Di sinilah serat kain diagonal memberi fleksibilitas sehingga pojokan tas bisa terbungkus pelipit dengan rapi dan tidak melintir.

2. Sambunglah ujung-ujung kain pelipit secara diagonal. Artinya jangan memotong tegak lurus ujung-ujung kain pelipit yang akan disambung, tetapi potonglah secara diagonal (miring). Mengapa? Karena saat ditekuk, bagian dalam sambungan akan terlihat rapi sebab tumpukan kain akan tersebar sepanjang tekukan. Tidak seperti kalau anda memotong tegak lurus ujung pelipit. Sambungan ini akan menumpuk sehingga timbul saat pelipit dipasang ke bahan jaitan.

3. Saat menyambung, temukan bagian kain yang bagus dengan bagian kain yang bagus dimana sisi diagonal kain bertemu. Untuk memastikan bahwa sambungan akan menghasilkan sambungan yang lurus, anda bisa memasang jarum pentul dan lihat apakah posisi sambungan sudah bagus. Jika belum lurus, maju mundurkan ujung-ujung diagonal sampe akhirnya sambungan lurus.

4. Selanjutnya buka jaitan bagian dalam dan setrikalah bagian ini sehingga sambungan terbuka dan kain tidak menumpuk. Rapikan sambungan pelipit dengan memotong kelebihan kain yang muncul dari sambungan. Semoga foto-foto di bawah ini bisa memberikan gambaran bagaimana menyambung pelipit :p

 

photovisi-download

Foto kiri menunjukkan potongan diagonal ujung kain yang akan disambung dan cara menempatkan sambungan. Selanjutnya kedua kain ini dijahit. Foto tengah menunjukkan jahitan yang sudah dibuka dan disetrika. Kelebihan kain di sambungan (segitiga kecil) digunting untuk merapikan sambungan.

Semoga tutorial ini bermanfaat bagi pembaca :). Saya akan mencoba melanjutkan di postingan berikutnya tentang cara memasang pelipit ke bahan jahitan yang ingin dipelipit.

Melbourne, 7 Agustus 2014
Salam

Thimble, pelindung jari saat “ndondomi”

Standard

Kali ini saya ingin berbagi tentang pernak-pernik menjahit, yaitu alat-alat kecil yang digunakan untuk menjahit. Thimble, demikian alat ini disebut. Saya kurang tau apa istilahnya dalam bahasa Indonesia. Fungsi utama thimble adalah melindungi ujung jari yang digunakan untuk mendorong jarum saat menjahit. Tiap kali kita menjahit menggunakan tangan, tentu kita harus memberikan dorongan ke jarum agar bisa menembus kain. Jika kain yang kita jahit tipis, tentu tak banyak tekanan yang harus kita berikan. Tetapi kalo kain yang kita jahit tebal dan keras, diperlukan tekanan keras untuk mendorong jarum. Nah di sinilah thimble berperan.

Cara penggunaan thimble sangat mudah, cukup kita pasangkan di ujung jari. Biasanya kita memegang jarum diantara jari telunjuk dengan ibu jari. Thimble kita pasang di ujung jari tengah. Ibu jari dan telunjuk berperan menempatkan jarum di titik dimana kita menjahit sekaligus menarik jarum. Maka kedua jari ini kita biarkan bebas bergerak. Sedangkan jari tengah yang sudah dipasangi thimble bertugas mendorong jarum sampai menembus kain dan mudah ditarik oleh ibu jari dan telunjuk.

Gambar di bawah ini menunjukkan secara sekilas bagaimana menggunakan thimble (warna oranye). Foto diambil ketika saya menjahit Velcro untuk tempat tablet suami. Velcro ini sudah dilengkapi dengan lem di belakang sehingga kita tinggal menempelkannya ke kain. Hanya saja lem ini lama kelamaan akan habis dan Velcro akan lepas. Oleh karenanya saya jahit Velcro ke kain.

WP_20140802_014

WP_20140802_015

Velcro sendiri sudah keras dan lem membuat jarum susah ditarik, maka saya manfaatkan thimble yang tersedia di antara peralatan jahit saya. Seperti tertulis di atas, ujung thimble saya gunakan untuk mendorong ujung jarum sampai jarum bisa melewati kain dan bisa ditarik. Ujung thimble biasanya bertekstur dan tidak licin supaya ujung jarum bisa terposisikan secara tepat dan tidak mudah meleset saat kita mendorong jarum.

Thimble juga sering digunakan saat kita harus menjahit dengan tangan dalam kurun waktu yang panjang. Misal dalam proses “quilting” menggunakan tangan, maka thimble digunakan supaya tangan tidak terluka karena terlalu sering digunakan untuk mendorong jarum. Walaupun kain quilting biasanya tidak keras, namun menjahit dalam waktu lama bisa melukai tangan. And here it is, sang penyelamat jari saat “ndondomi”

And that’s it. Velcro sudah terpasang dan tutorial untuk menggunakan thimble telah selesai. Semoga bermanfaat 

Brisbane, 6 Agustus 2014
Salam