BMBS, Belajar Menjahit Bersama Sentot wicaksono dan kawan-kawan, sebuah learning community di dunia pernjaitan

Standard

Oh my….blog ini sudah karatan kayaknya. Lamaaaaa bener saya gak apdet. Berpindahnya kehidupan saya dan suami dari Melbourne ke kota Malang cukup membuat kami sibuk buk bubuk 😂. It was a major undertaking. Sebuah proses cukup panjang untuk memindahkan kehidupan kami sebelumnya kembali ke tanah air.

Hampir sebulan kami habiskan waktu di Flores sesaat kami mendarat di Indonesia. Bertemu dengan orang tua dan saudara-saudara. Lalu kami terbang ke kota Malang, kembali ke rumah kami. Dua bulan waktu yang kami perlukan untuk merenovasi dan menata kembali rumah tempat kami tinggal. Plus mbongkar kardus-kardus menggunung yang mencapai lebih dari 30 biji hasil import dari Melbourne 😄. Ditambah acara anjang sana anjang sini ke saudara-saudara karena sudah lama tidak bertemu.

Perlahan-lahan kami mulai menemukan kembali ritme kehidupan di kota Malang. Saya mulai aktif mengajar dan suami mulai mengelola rumah petak yang kami sewakan. Dan yang paling menyenangkan, kami memulai komitmen berdua untuk menjadikan rumah sebagai lingkungan yang sustainable. Ayam-ayam mulai kami pelihara dan sayur mayur maupun buah-buahan kami tanam di sekitaran rumah. Senaaaaaaang.

Hobi njait menjait pun saya mulai kembali. Sebelum berangkat ke Melbourne saya belum terlalu intens menekuni hobi menjait. Memang baru di Melbourne hobi ini saya kelola sampai menjadi sebuah bisnis kecil-kecilan. Dan ternyata menata rumah sampai siap memulai kembali hobi ini perlu waktu juga.

Sembari menata ulang perkakas njait, saya mulai melirik segala aktivitas berbau crafting di kota Malang. Minggu lalu mas Dian mengantar saya ke PARADE PERCA kota Malang. Sebuah pameran patchwork dan quilting yang diselenggarakan oleh komunitas MAPAQuilts dalam rangkaian ulang tahun kota Malang. Saya bertemu ibu Syahandari yang walau sudah sepuh tapi masih aktif menekuni patchwork dan quilting. Untuk kisah lengkapnya akan saya tulis di post terpisah.

Nah suatu hari, saya perlu ke apotek membeli obat untuk orang tua di Flores. Sambil menunggu, mas Dian mencoba tes tekanan darahnya. Cuma 95 kata mbaknya. Rendah banget. Tiba-tiba di samping saya ada ibu-ibu yang bilang “minum sangobion atau tonikum bayer mas, saya juga darah rendah karena kebanyakan lembur malam”. Menolehlah saya, “oh..ibu juga darah rendah?”. Beliau menjawab “iya, kebanyakan begadang ngerjakan jaitan mbak”. Eits…langsung radar njait saya berkedip-kedip, “ibu njait juga? Ramai gak bu jaitan?”. Si ibu menjawab “ramai banget mbak, gak ada putus-putusnya pesanan”. Wow….😍

Sesaat setelah bercakap-cakap, mbak petugas apotek memanggil karena pesanan obat saya sudah ada. Terputuslah pembicaraan kami. Si ibu mulai beranjak pergi. Maju mundur saya pengen nanya-nanya lebih lanjut tapi sungkan. Ah…gakpapalah memberanikan diri. “Bu, saya benere sedang nyari penjait buat mulai usaha konveksi. Ibu ada info gak dimana bisa nyari penjait?”. Ibu yang ternyata bernama Nunung ini menjawab dengan semangat “ada grup penjahit seMalang Raya ini kalo mbak mau join grupnya. Bisa nyari-nyari info di sana”. Siaaaap….langsung saya catat kontak bu Nunung.

Ternyata hari itu adalah hari keberuntungan saya. Bu Nunung ini ternyata Ketua Divisi BMBS di kota Malang. Beliau mengundang saya untuk ikut gabung kopi darat para penjait di Malang ini. Kata beliau, di grup WA maupun kopdar BMBS akan banyak dibahas materi-materi menjahit maupun info-info seputar pernjait-njaitan.

Apakah BMBS? BMBS singkatan dari Belajar Menjahit Bersama Senwick dkk. Senwick itu singkatan dari Sentot Wicaksono. Beliaulah pendiri BMBS yang berasal dari Nganjuk. Pak Sentot memulai gerakan ini sekitar 2 tahun yang lalu dengan visi misi Connecting, Learning, Sharing. Artinya BMBS adalah paguyuban nirlaba para penjait dimana di dalamnya ada proses silaturahmi (networking), belajar dan saling berbagi di antara anggotanya. BMBS berupaya meningkatkan kualitas skill dan pengetahuan para penjait dimana masing-masing dari kami bisa saling belajar dan berbagi, atau bahasa enggresnya BMBS adalah sebuah learning community di bidang pernjaitan.

Sebagai anggota baru saya cukup membayar 40 ribu dimana 20 ribu dipakai untuk biaya pendaftaran dan 20 ribu untuk konsumsi acara kopi darat. Kopi darat dilaksanakan sebulan sekali dengan 2 agenda utama, yaitu materi umum dan materi khusus. Materi khusus terbagi lagi menjadi 2 kelas, kelas pemula dan terampil. Saya sendiri masuk kelas terampil karena sudah bisa membuat pola dasar.

Acara kopdar bulan ini diselenggarakan di rumah salah satu anggota, bu Anik, di jalan Pattimura. Guess what? 80 lebih orang datang dalam acara ini. Wow….penuuuuh rumahnya. Rameeee….. Kami sebagai anggota baru mulai berkenalan dengan anggota lama. Pengurus BMBS divisi Malang juga memperkenalkan diri ke semua hadirin. Ternyata kopdar kali ini sudah kopdar yang ke-20an.

Acara selanjutnya adalah pemberikan materi umum oleh Pak Kievlyanto Prasetyo. Beliau ini mantan dosen dan pengajar di sekolah-sekolah mode dan punya butik sendiri. Yang mengharukan, Opa Pras, demikian kami memanggil beliau, sedang menjalani perawatan kanker darah. Beliau harus memakai tongkat saat  berjalan dan duduk sepanjang pelajaran karena badannya mulai melemah. Tapi semangat berbagi beliau patut diacungi jempol. Ceria dan antusias beliau mengajar. Opa menekankan berulang-ulang bahwa penjait bukanlah sekedar buruh. Penjait itu mesti pintar, mesti mandiri dan jadi konsultan bagi pelanggannya. Profesi penjait yang dipandang rendah harus diubah menjadi sebuah profesi dengan skill yang harus dihargai wajar, bahkan kalo bisa dihargai tinggi mengingat pentingnya jaitan di kehidupan kita. Could not agree more with you, opa.

Begini nih suasana kopdar kemaren.

Materi umum kali ini diisi dengan membahas rok-rok drapped, rok-rok dengan ewer-ewer kekekeke….semacam ini

Rok dengan lipatan-lipatan kain. Awesome….saya senaaaaang sekali bisa dapat ilmu baru ini. Dulu di Melbourne saya sudah belajar pecah pola, tapi belum sampe ke kelas drappery, kelas membuat baju tanpa pola tapi dengan cara memasang baju di manekin dan kain langsung dipotong sesuai cara jatuh kain di manekin. Bersama opa Pras kami belajar bagaimana mengubah rok-rok drapped ini menjadi pola-pola untuk memudahkan cara memotong kain.

Selepas materi umum, kami dibagi menjadi 2 kelas. Di kelas terampil Opa Pras mereview hasil-hasil praktek murid-muridnya. Oya, setiap bulan murid-murid diwajibkan praktek dan menyetorkan hasil praktek dari materi yang sudah diberikan.

Hasil praktek diperiksa oleh Opa, diberikan kritik dan saran apa-apa yang harus ditingkatkan. Opa juga membawa contoh pola rok-rok drapped sehingga kami bisa langsung melihat dan bertanya-tanya sepuasnya.

It was an awesome activity. Saya senang bisa ketemu komunitas ini. Bulan Mei kabarnya BMBS akan mengadakan pameran hasil karya murid-muridnya dalam rangka ultah BMBS ke-dua. Jadi sudah diberi tugas untuk membuat baju pesta untuk dipamerkan. Wuih…baru ini saya akan praktek bikin baju pesta rumbai-rumbai kekeke…Baiklah…tantangan diterima. Oya, grup WA pun ada sebagai wadah tanya jawab maupun share karya para anggota BMBS. Jadi kalo kurang jelas saat kopdar bisa dilanjutkan via diskusi di WA.

Apa yang bisa saya liat dari kegiatan ini adalah antusiasme luar biasa dari para penjait, baik dari yang sudah mahir ingin berbagi dan dari pemula yang ingin belajar. Sebuah kekuatan komunitas yang masyaAllah sangat bermanfaat, baik untuk man/woman empowering maupun untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat itu sendiri. Salut untuk para motor penggerak BMBS yang kabarnya sudah mulai merambah ke berbagai wilayah di Indonesia.

Keep up the good work folks, i learn a lot from all of you.

Malang, 10 April 2017, first post after Melbourne chapter

Salam,

Zubaidah

About zubaidahningsih

Hi, welcome to my page. Saya adalah seorang pecinta pernak pernik kerajinan tangan terutama yang berkaitan dengan jarum atau yang dikenal dengan istilah “ndondomi” dalam bahasa Jawa. Menjahit, menyulam, menempel dan berbagai kerajinan tangan lainnya kecuali mencopet kekekeke…Saya pertama kali mengenal benang dan jarum saat TK, umur 5 tahun. Ketika itu saya membantu ibu yang bekerja sebagai penjahit konveksian. Tugas saya adalah menggunting benang2 bekas jaitan dan memasang kancing. Setelah itu karir menjahit saya mulai beranjak dari hanya mengelim pinggir saputangan, menyulam, menjahit boneka sampai akhirnya membuat baju. Saya pernah kursus menjahit kelas dasar sampai akhirnya mendapat sertifikat untuk boleh membuka kursus menjahit dari Departemen Tenaga Kerja. Tapi setelah itu berhenti kursus dan belajar otodidak dari youtube maupun buku2. Mengapa saya suka menjahit? Karena ibu saya seorang penjahit, yang bisa bertahan hidup di tengah kesulitan ekonominya dengan menjahit. Ibu berprinsip bahwa beliau harus membekali anak2 demi masa depannya. Jika tidak mampu membekali dengan yang lain, maka minimal ibu membekali dengan ketrampilan jahit menjahit demi kelangsungan hidup saya. Harapan orang tua yang so simple yet so meaningful, karena pada akhirnya ternyata saya jatuh cinta dan sangat mencintai jahit menjahit. And indeed, menjahit kini menjadi bagian dari hidup saya. Dan coba anda amati di sepanjang tubuh anda, minimal ada jahitan di situ, entah di baju, sepatu, tas, kerudung bahkan…di tubuh jika anda pernah operasi hehehehe. See…jahitan itu adalah bagian dari kehidupan semua manusia. Selain menjahit, saya juga seorang dosen Jurusan Kimia di Universitas Brawijaya Malang. Juga seorang peneliti di bidang Biophoton, Biophysics, Cell Signalling dan Soft Condensed Matter. So, welcome and enjoy my busy crafty little world. Salam, Zubaidah Ningsih

One response »

Leave a comment