Bedding for miss Thumbelina

Standard

Aline itu lahir di usia kehamilan 36 minggu. Situasi emergency karena tensi saya naik terus dan air ketuban makin menipis. Saya sempat opname demi menunda kelahiran supaya Aline lebih tua di dalam rahim. Akhirnya dia dilahirkan via c-section dengan berat badan 2.6 kg. Tapi alhamdulillah all is good jadi dia tidak perlu diinkubator walopun mungil mrengkil. There she is, my putri sakjempol, my Thumbelina.

Dan buat si putri sakjempol, Utindut-nya (tante saya) telah menjahitkan sprei, sarung bantal dan selimut 3 set buat Aline. Saat hamil tua saya sudah tidak bisa menjahit karena memang perut sudah besar dan dokter meminta bed rest demi keselamatan Aline di perut. Dengan tensi terus naik resiko yang ada adalah bayi bisa meninggal sewaktu waktu di dalam perut. Jadi saya usahakan full bed rest. Akhirnya Utindut yang menjahitkan bedding buat Aline.

Kami beli box bayi second murmer dari grup FB yang khusus jualan pernak pernik bayi dan anak-anak khususnya di area Malang. Box ini dijual lengkap dengan kasur, selimut, bantal, bumper dan kelambu. Baca punya baca, bumper sudah di-ban di beberapa negara karena resiko bayi meninggal mendadak akibat tidak bisa bernafas waktu wajahnya tertutup selimut, bantal atau bumper. Jadi saya menggagalkan rencana membuat bumper. Bantal selimut saya masih bikin karena Malang kadang masih duingin suhunya. 

Here she is, my Thumbelina di tempat tidurnya yang kegedean. Lengkap dengan selimut dan bantal cantik-cantik karya Utindut (Uti Gendut hihihi)

Putri sakjempol

Aline dan Utindut

Malang, 29 Juni 2018
 

About zubaidahningsih

Hi, welcome to my page. Saya adalah seorang pecinta pernak pernik kerajinan tangan terutama yang berkaitan dengan jarum atau yang dikenal dengan istilah “ndondomi” dalam bahasa Jawa. Menjahit, menyulam, menempel dan berbagai kerajinan tangan lainnya kecuali mencopet kekekeke…Saya pertama kali mengenal benang dan jarum saat TK, umur 5 tahun. Ketika itu saya membantu ibu yang bekerja sebagai penjahit konveksian. Tugas saya adalah menggunting benang2 bekas jaitan dan memasang kancing. Setelah itu karir menjahit saya mulai beranjak dari hanya mengelim pinggir saputangan, menyulam, menjahit boneka sampai akhirnya membuat baju. Saya pernah kursus menjahit kelas dasar sampai akhirnya mendapat sertifikat untuk boleh membuka kursus menjahit dari Departemen Tenaga Kerja. Tapi setelah itu berhenti kursus dan belajar otodidak dari youtube maupun buku2. Mengapa saya suka menjahit? Karena ibu saya seorang penjahit, yang bisa bertahan hidup di tengah kesulitan ekonominya dengan menjahit. Ibu berprinsip bahwa beliau harus membekali anak2 demi masa depannya. Jika tidak mampu membekali dengan yang lain, maka minimal ibu membekali dengan ketrampilan jahit menjahit demi kelangsungan hidup saya. Harapan orang tua yang so simple yet so meaningful, karena pada akhirnya ternyata saya jatuh cinta dan sangat mencintai jahit menjahit. And indeed, menjahit kini menjadi bagian dari hidup saya. Dan coba anda amati di sepanjang tubuh anda, minimal ada jahitan di situ, entah di baju, sepatu, tas, kerudung bahkan…di tubuh jika anda pernah operasi hehehehe. See…jahitan itu adalah bagian dari kehidupan semua manusia. Selain menjahit, saya juga seorang dosen Jurusan Kimia di Universitas Brawijaya Malang. Juga seorang peneliti di bidang Biophoton, Biophysics, Cell Signalling dan Soft Condensed Matter. So, welcome and enjoy my busy crafty little world. Salam, Zubaidah Ningsih

Leave a comment